Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) di bulan April 2020 turun 1,73 % dibandingkan NTP Maret 2020, yaitu dari 102,09 menjadi 100,32.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan, posisi NTP di bulan April yang sbeesar 100,32 hanya sedikit berada di atas angka 100 yang menjadi standar impas petani, sekaligus rendahnya daya beli petani dan kesejahteraannya.
Oleh karena itu, pemerintah harus memberi stimulus ke petani, memperluas subsidi pertanian yang sebelumnya hanya di sektor input hingga merata ke sektor output.
“Perluas subsidi pertanian, jangan hanya bantuan seperti pupuk yang belum tepat sasaran dan cenderung menumpuk. Alihkan dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok,” kata Henry dalam keterangan pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (5/5).
Baca Juga: Bulog akan serap gabah petani 1,4 juta ton
SPI juga menyarankan agar pemerintah melakukan penguatan kelembagaan koperasi petani untuk membeli produk petani dengan harga yang ditetapkan dan menguntungkan petani, serta menyalurkan pangan ke lembaga-lembaga pemerintah.
Henry menambahkan, memotong rantai pasok distribusi dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran Bulog, BUMN pangan dan koperasi petani untuk menampung logistik hasil panen.
Kata Henry, Koperasi Petani Indonesia (KPI) sebagai koperasinya SPI siap ikut mengambil peran tersebut.
Penurunan NTP dikarenakan indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 1,64%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,10%. Penurunan NTP ini diikuti dengan naiknya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) petani. Konsumsi rumah tangga petani merupakan salah satu komponen nilai yang dibayar oleh petani.
Secara nasional, pada April 2020 terjadi kenaikan IKRT sebesar 0,11% sebagai dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terkhusus makanan, minuman, komunikasi, kebutuhan rutin dan jasa lainnya.
Henry mengatakan, NTP pangan berada di 100,38. Dari laporan petani anggota SPI berbagai wilayah menunjukkan penurunan. Sementara itu, untuk NTP tanaman perkebunan April, berada di 100,82 atau turun 2,48 dari bulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari kondisi petani SPI di lapangan.
"Misalnya petani karet anggota SPI di Kabupaten Tebo. Bulan ini harga karet per kilogram berada di kisaran Rp 4.800 - Rp 5.400. Harga Rp 5.400 hanya untuk kualitas yang bagus. Sementara bulan sebelumnya harga masih bisa mencapai Rp 6.200 per kilogram," jelasnya.
Henry melanjutkan, hal serupa juga dialami petani SPI yang berladang sawit. Ia menyebut di Riau, terutama di basis-basis SPI, harga tandan buah segar (TBS) sawit terus menurun.
"Harga di petani turun Rp 30 dari Rp 1.150 per kg menjadi Rp 1.120 per kg, selanjutnya turun lagi dari Rp 1120 per kg," imbuhnya.
Penurunan juga terjadi di petani yang menanam tanaman hortikultura. NTP hortikultura April 2020 turun menjadi 102.28 dari 103.50 di bulan sebelumnya. Penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) disebakan turunnya harga berbagai komoditas pada kelompok sayur-sayuran khususnya komoditas cabai merah dan cabai rawit sebesar 1,71%.
"Dari basis SPI di Cibeureum, Bogor, Jawa Barat, harga tanaman sayuran mengalami penurunan seperti bayam, kangkung, sawi, dari yang biasanya harga per 1 ikat ukuran 250 gram Rp 1500, sebulan ini turun menjadi Rp 1.000 per ikat," kata Henry.
Baca Juga: Kementan realokasi anggaran Rp 435 miliar, bantu petani terdampak Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News