Reporter: Adinda Ade Mustami, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Selain memproyeksi suku bunga acuan atau BI rate akan tetap bertahan di level 7,5%, kalangan ekonom memperkirakan neraca perdagangan pada Juni 2015 masih surplus.
Ekonom Bank BCA David Sumual memprediksi, posisi neraca perdagangan pada bulan Juni surplus US$ 220 juta. Menurut David, surplus itu didorong oleh adanya penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor. "Impornya 18% year on year (YoY) dan ekspornya 15% YoY," kata David.
Menurut David, besaran impor bulan-bulan sebelumnya hanya mencapai US$ 11,5-US$ 12 miliar. Sementara untuk Juni, nilai impor diperkirakan mencapai US$ 12,8 miliar. Membengkaknya nilai impor tersebut terjadi akibat melonjaknya impor non-migas, yaitu permintaan khususnya bahan makanan seperti daging, cabai, dan bawang, mengingat Juni merupakan musim puasa.
Sementara dari sisi ekspor, ada anomali pada ekspor perhiasan dan sepatu, yang diperkirakan melonjak cukup kencang. Pada Juni lalu, lanjut David, ekspor perhiasan meningkat 50% dan ekspor sepatu naik 16%.
Sementara itu, Ekonom Standard Charter Eric Sugandi memproyeksi surplus neraca perdagangan Juni bisa mencapai angka US$ 700 juta. Hitungan Eric, surplus terjadi akibat penurunan impor sebesar 26,6%. Sementara penurunan ekspor hanya 20,4%.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih memperkirakan, neraca dagang Juni bisa surplus US$ 500-US$ 600 juta. Surplus dagang Juni dipicu impor turun lebih besar dibanding ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News