Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Kereta Api Indonesia mengabadikan nama tiga awak kereta api commuter line 1131 yang tewas dalam kecelakaan di pelintasan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu. Nama mereka dilekatkan pada nama balai pendidikan dan pelatihan di Yogyakarta, Bekasi, dan Bandung.
Pengorbanan Darman Prasetyo (25), Sofyan Hadi (20), dan Agus Suroto (24) diharapkan menjadi semangat bagi semua pegawai PT KAI. Nama masinis Darman Prasetyo akan diabadikan dengan mengganti nama Balai Pelatihan Teknik Traksi Yogyakarta. Kawah candradimuka bagi para masinis dan asistennya ini selanjutnya akan bernama Balai Pendidikan dan Latihan Darman Prasetyo.
Nama asisten masinis Agus Suroto dilekatkan pada Balai Pelatihan Operasi dan Pemasaran Bandung. Tempat mencetak tenaga operasional, seperti pemimpin perjalanan dan kondektur, ini selanjutnya bernama Balai Pendidikan dan Latihan Agus Suroto.
Sopyan Hadi, teknisi kereta api, namanya disematkan pada Balai Pelatihan Teknik Prasarana Bekasi. Tempat pendidikan bagi teknisi rel dan kereta api ini selanjutnya berganti nama menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Sopyan Hadi.
”Ini bentuk penghormatan kami kepada karyawan terbaik. Semoga kiprah mereka bisa jadi kenangan yang baik bagi kami semua,” kata Kepala Hubungan Masyarakat PT KAI Daerah Operasi I Jabodetabek Sukendar Mulya, di Jakarta, Rabu (18/12/2013).
Rabu, perwakilan karyawan Kompas pengguna KRL menyerahkan tali asih kepada korban kecelakaan. Tali asih tersebut diserahkan Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy di kantor PT KAI Commuter Jabodetabek, di Stasiun Juanda, Jakarta.
Penyerahan tali asih berlangsung dalam suasana haru. ”Atas nama ketiga rekan kami, kami sampaikan terima kasih,” kata Vice President Train Crew Management PT KAI Porwanto Handry.
Direktur Komersial dan Humas PT KAI Commuter Jabodetabek Makmur Syaheran mengatakan, peristiwa naas 9 Desember lalu menjadi momentum meningkatkan pelayanan. Tahun depan PT KAI menambah jadwal keberangkatan pada siang hari.
Selama ini jadwal keberangkatan siang hari agak longgar yang dipakai untuk perawatan kereta. ”Namun, kami ingin menambah pelayanan kepada pengguna kereta di luar jam sibuk. Akan ada penambahan 20 perjalanan per hari,” kata Makmur.
Pertamina diperiksa
Terkait kasus kecelakaan yang menewaskan tujuh orang itu, penyidik Polda Metro Jaya memeriksa 18 saksi. Dua orang di antaranya dari PT Pertamina, yakni seorang manajer dan sopir truk tangki.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto menegaskan, pengusutan kasus kecelakaan yang menewaskan tujuh orang itu masih berlangsung. ”Ada 2 orang dari Pertamina, 5 orang dari PT KAI, 10 orang dari lokasi kecelakaan, dan 1 anggota Polsek Pesanggrahan yang datang ke lokasi seusai kejadian,” katanya.
Menurut Rikwanto, pihak Pertamina yang diperiksa adalah Manajer Operasional Pertamina Area Jabodetabek Cahya dan sopir truk tangki Chosimin.
Ia menambahkan, Chosimin baru diperiksa sekali, sedangkan kernet truk bernama Mujiono belum bisa diperiksa karena masih luka-luka. Mengenai materi pemeriksaan dan hasilnya, Rikwanto menolak mengungkapkan dengan alasan untuk kepentingan penyelidikan.
Polisi akan memeriksa sejumlah korban dan penjaga pintu pelintasan. Belum ada tersangka dalam kasus ini.
Tabrakan itu terjadi di jalur hilir (arah Serpong-Tanah Abang) pukul 11.25. Tabrakan KRL 1131 dengan truk tangki berkapasitas 24.000 liter bahan bakar minyak menyebabkan kebakaran. Lebih dari 80 orang menjadi korban, tujuh di antaranya tewas, termasuk masinis.
”Korban belum semuanya bisa dimintai keterangan. Ada 13 korban yang dirawat di rumah sakit, lima lainnya rawat jalan dan baru akan diperiksa jika sudah pulih,” ucap Rikwanto.
Investigasi
Terkait investigasi yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Rikwanto mengatakan, penyelidikan KNKT difokuskan pada perbaikan transportasi, sedangkan polisi untuk kasus pidana.
Secara terpisah, Kepala KNKT Tatang Kurniadi menjelaskan, investigasi yang dilakukan KNKT bukan mencari siapa yang salah atau bertanggung jawab, melainkan mencari penyebab kecelakaan demi perbaikan transportasi secara menyeluruh. ”Investigasi KNKT, no blame, no liability investigation. Investigasi kami dilakukan untuk perbaikan dan keselamatan transportasi, untuk mencegah kecelakaan serupa terjadi lagi di masa depan,” kata Tatang.
Jadi, lanjut Tatang, pihaknya tidak akan memberikan hasil investigasi kepada penegak hukum. Ia menambahkan, untuk penyelidikan kecelakaan kereta seperti di Bintaro, dibutuhkan waktu sekitar enam bulan.
Namun, Tatang mematok upaya penyelidikan sudah selesai dalam waktu tiga bulan. Selanjutnya, KNKT akan mengeluarkan rekomendasi perbaikan yang diperlukan agar kecelakaan serupa tidak terjadi.
”Sebelum rekomendasi menyeluruh setelah penyelidikan selesai, kami akan mengeluarkan dahulu rekomendasi segera dalam beberapa hari ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan,” ungkap Tatang. (CHE/RTS/RAY/NDY/KOMPAS CETAK)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News