Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil survei IHS Markit Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan baru pada manufaktur Indonesia di bulan November 2020.
Hal ini berdasarkan hasil survei dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit yang naik hampir tiga poin menjadi 50,6 pada November 2020 dari sebelumnya di level 47,8 pada Oktober 2020.
IHS Markit merilis bahwa level ini menunjukkan perbaikan kesehatan di sektor untuk pertama kalinya sejak bulan Agustus.
Dalam keterangan rilis, Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan, kenaikan Indeks PMI Manufaktur Indonesia didorong kenaikan pada rekor tertinggi produksi.
“Pesanan baru meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, tetapi pertumbuhannya hanya pada kisaran marginal, yang melihat kapasitas operasi tetap surplus,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (1/12).
Baca Juga: BI optimistis kalau pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 akan mulai positif
Selain itu, faktor pendorong peningkatan ini juga disebabkan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta pada pertengahan bulan Oktober, sehingga perusahaan meningkatkan produksi pada bulan November.
IHS Markit menyebutkan dengan pelonggaran tersebut output kian meningkat pada tingkat tercepat sejak survei dimulai lebih dari setengah tahun yang lalu. Hal ini juga ditunjukkan dari pembukaan kembali jalur produksi dan peningkatan penjualan telah meningkatkan volume output.
“Perpindahan ke PSBB transisi memberikan dorongan bagi sektor manufaktur Indonesia pada pertengahan triwulan keempat, dengan data PMI menunjukkan peningkatan kondisi bisnis selama bulan November,” katanya.
Namun demikian, hasil survei masih menunjukan bahwa perusahaan manufaktur masih mengurangi aktivitas pembelian dan inventaris. Bahkan, pembelian input juga masih terpantau menurun di tingkat terlemah dalam periode penurunan sembilan bulan saat ini.
Baca Juga: Indonesia resesi, Indef: Tantangan pemulihan ekonomi tahun depan masih berat
Sehingga rantai pasokan juga masih di bawah tekanan. Jika dilihat dari sisi harga, inflasi menyebabkan biaya input meningkat pada bulan November 2020. Dengan biaya yang naik pada tingkat tercepat selama tiga bulan membuat perusahaan harus menekankan harga bahan baku yang lebih tinggi dan turunnya nilai rupiah mendorong inflasi lebih tinggi.
“Akibatnya, sebagian perusahaan meneruskan beban biaya yang lebih tinggi kepada konsumen melalui biaya yang lebih tinggi. Namun, kenaikan harga output masih rendah dan jauh di bawah kenaikan biaya input,” ujar Bernard Aw.
Dengan demikian sentimen bisnis masih tetap positif. Mayoritas perusahaan juga berharap output dapat meningkat di tahun mendatang. Ia mengatakan kenaikan indeks PMI manufaktur akan sangat bergantung pada peningkatan permintaan.
“Keberlanjutan kenaikan akan bergantung pada pemulihan permintaan yang lebih kuat,” tutupnya.
Selanjutnya: PMI Manufaktur Indonesia masih memburuk di level 47,8 pada Oktober 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News