Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengklarifikasi adanya isu 2,8% sekolah menjadi klaster Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM).
Nadiem mengatakan, angka 2,8% yang dimaksud merupakan data kumulatif sejak pandemi Covid-19 masuk di Indonesia.
"Ada miskonsepsi yang patut diluruskan adalah angka 2,8% satuan pendidikan walaupun itu sudah kecil tapi itu data kumulatif bukan data per satu bulan. Itu dari masa Covid ini, bukan dari bulan terakhir di mana PTM terjadi," jelasnya saat Konferensi Pers yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (27/9).
Adapun 2,8% sekolah yang dilaporkan tersebut Nadiem menegaskan, belum tentu semuanya telah melaksanakan PTM terbatas. Kemudian terkait angka 15.000 murid dan 7.000 guru positif Covid-19 merupakan data mentah yang masih ditemukan banyak kesalahan.
Baca Juga: Orang tua wajib ingatkan anak displin prokes saat pembelajaran tatap muka
"Contohnya adalah banyak sekali yang melaporkan jumlah positif covid itu melampaui dari jumlah murid di sekolahnya. Jadi sekali lagi kita harus fokus kepada data yang ada terutama dari data Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Guna pengawasan PTM di sekolah, nantinya Kemendikbudristek akan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan random sampling tes. Kemudian akan ada aturan jika hasil sampling menunjukkan sekolah tersebut memiliki positivity rate di atas 5% maka PTM di sekolah tersebut akan ditutup.
Kedua, akan ada integrasi aplikasi PeduliLindungi dan implementasi program tersebut di sekolah. "Itu dua inisiatif kita untuk memastikan pengendalian ini," kata Nadiem.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menambahkan, khusus untuk aktivitas belajar mengajar akan diterapkan langkah surveilans. Pemerintah nantinya akan lebih melakukan strategi jemput bola untuk melakukan surveilans guna melakukan pelacakan kasus aktif, sektor pendidikan akan menjadi pilot project dalam langkah ini.
Baca Juga: Tak hanya di sekolah, perjalanan siswa ke sekolah juga perlu diperhatikan saat PTM
"Kalau ini berhasil kita akan mereplikasi ke aktivitas perdagangan, pariwisata, aktivitas keagamaan aktivitas transportasi dan sebagainya," kata Budi.
Saat tatap muka dijalankan, Budi menyebut pihaknya telah melakukan random sampling tes di DKI Jakarta, Semarang, Surakarta dan Pekalongan Jawa Tengah. Dari hasil surveilans tersebut misalnya di Semarang ada 258 sekolah dengan 3.698 orang yang dites, didapatkan hanya 9 orang yang positif Covid-19 atau 0,24%.
"Di Jakarta satu sekolah 80 sampai 90 subjek. Jakarta kita ambil untuk konservatif. Kita ambil di kecamatan yang merah atau kuning. Kita lihat dari 22 (sekolah) ada 8 yang nggak ada sama sekali (kasus). Yang lain yang ada itu angkanya kecil dan itu bukan klaster. Karena klaster didefinisikan kalau penyebarannya di sekolah," jelasnya.
Nantinya untuk surveilans di sektor pendidikan pertama melakukan identifikasi sasaran jumlah sekolah di tingkat kabupaten atau kota yang melaksanakan PTM. Kemudian, dari total jumlah sekolah tersebut 10% akan dilakukan random sampling dan dibagi berdasarkan kecamatan.
Baca Juga: Sekitar 15% remaja usia 12-18 tahun di Jakarta belum divaksinasi Covid-19
"Kecamatan mana yang paling banyak sekolah, otomatis dia akan lebih banyak. Kenapa di level Kecamatan? karena penularan itu terjadi bukan antarkota tapi di antar Kecamatan dulu. Maka epidemiologis di kecamatan terus dimonitor secara ketat. Nanti kita ambil 30 siswa dan 30 pengajar per sekolah dengan semua di swab PCR," paparnya.
Hasil pelaksanaan surveilans tersebut akan digunakan untuk menentukan kelanjutan dari PTM. Sekolah yang memiliki kasus positivity di bawah 1% akan dilakukan pencarian kontak eratnya, dimana yang positif akan dikarantina dan orang kontak erat akan diisolasi. Namun kegiatan PTM akan tetap berjalan.
Selanjutnya untuk sekolah dengan hasil surveilans memiliki positivity rate antara 1%-5% maka satu rombongan belajar tersebut akan dilakukan testing dan karantina. Sedangkan PTM akan tetap berjalan.
"Namun jika hasil di atas 5% akan dites seluruh sekolah karena ada kemungkinan ini menyebar. Sekolah kita ubah jadi daring sambil kita perbaiki protokol kesehatan, di review lagi oleh Dinkes dan tim Pak Nadiem," jelas Budi.
Selanjutnya: Kemendikbud Ristek mencatat ada 222 guru an 156 siswa yang positif Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News