Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah beragam risiko akibat tekanan perekonomian dan pasar keuangan global saat ini, Moody’s Investors Service memperingatkan pemerintah Indonesia soal potensi naiknya beban bunga utang.
Apalagi, prospek penerimaan negara tahun ini buruk sehingga kenaikan bunga utang menjadi salah satu sumber tekanan fiskal bagi pemerintah.
Baca Juga: Perkara PKPU terus meningkat, praktisi hukum: Pertanda ekonomi memasuki resesi
Moody’s mencatat, tingkat yield SUN tenor 10 tahun mengalami kenaikan, yaitu 7,9% pada akhir Maret lalu atau hampir menyamai level pada Oktober 2018 di mana terjadi outflow besar-besaran di pasar keuangan domestik.
Naiknya yield SUN juga disertai dengan pelemahan kurs rupiah sehingga kondisi ini menjadi resep bagi melambungnya beban bunga utang pemerintah ke Depan.
Terlepas dari sokongan likuiditas yang dikucurkan Bank Indonesia saat ini, kelangkaan dollar AS di dalam negeri berpotensi memaksa BI untuk membiayai obligasi jatuh tempo atau menerbitkan SUN baru dengan tingkat kupon yang tinggi sesuai dengan permintaan pasar.
Baca Juga: Hingga Maret, pemerintah tarik utang lewat SBN sebesar Rp 243,8 triliun
“Kombinasi pelemahan rupiah dan naiknya yield akan meningkatkan biaya utang dan mengurangi kemampuan membayar utang yang saat ini sudah berada pada level yang lemah,” papar Moody’s.
Kondisi penerimaan negara yang lesu pun akan semakin menambah tekanan. Moody’s memperkirakan rasio bunga utang pemerintah akan mencapai 17% dari penerimaan negara pada tahun 2020 atau berlipat ganda dari median 8,4% pada negara berperingkat Baa lainnya.