kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Meski reda, risiko inflasi masih tinggi


Sabtu, 02 Juni 2012 / 07:30 WIB
Meski reda, risiko inflasi masih tinggi
ILUSTRASI. Pekerja memanen padi. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/hp.


Reporter: Merlinda Riska, Herlina KD | Editor: Edy Can

JAKARTA. Inflasi mulai reda. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2012 sebesar 0,07%. Dengan begitu, inflasi tahun kalender Januari - Mei 2012 sebesar 1,15% dan inflasi tahunan sebesar 4,45%.

Direktur Statistik Harga BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, inflasi bulan Mei lalu lebih rendah lantaran harga beras turun sejak tiga bulan terakhir. "Indikasi produksi beras tinggi ditambah impor, sehingga ketersediaan beras cukup besar. Akibatnya harga beras turun," ujarnya, kemarin (1/6).

Selain itu, masyarakat mulai mengendalikan konsumsinya. Buktinya, pada pekan terakhir tidak ada lonjakan permintaan barang yang membuat harga kebutuhan sehari-hari naik. Padahal, biasanya harga kebutuhan pokok naik pada pekan terakhir setiap bulan.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo pun optimistis sepanjang tahun ini inflasi bisa terkendali di bawah 5%. "Semoga masyarakat bisa terus memahami bahwa sekarang ini pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi," ujarnya.

Tapi bukan berarti sepanjang tahun aman. Erik Alexander Sugandi, ekonom Standard Chartered Bank memperkirakan, Juni ini inflasi akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan Mei 2012. Erik memperkirakan inflasi Juni 0,3%. Penyebabnya karena Juni sudah masuk musim liburan anak sekolah, menjelang puasa, dan masa panen sudah selesai. Selain itu, rupiah yang masih melemah karena tekanan krisis global.

Namun, Erik tidak menyebutkan secara rinci berapa besar sumbangan inflasi dari masing-masing faktor tersebut. "Inflasi terus berubah, tergantung dari konsumsi masyarakat," tuturnya.

Ekonom dari Atmajaya A.Prasetyantoko, menyatakan di bulan Juni, Juli hingga Agustus inflasi pasti naik. "Inflasi ini kan tren musiman, kalau musim panen pasti rendah. Nah, masuk bulan Juni nanti musim panen sudah, apalagi mau menjelang puasa, jadi pasti meningkat," ujar.

Agar tekanan inflasi berkurang, pemerintah perlu menjaga suplai barang. Selain itu, Bank Indonesia perlu menjaga agar kurs rupiah kembali menguat terhadap dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×