Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbangan Lion Air dengan nomor JT 610 dengan rute penerbangan Cengkareng menuju Pangkalpinang mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 6.20 WIB.
Setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” (sekitar Kerawang). Lion Air mengungkapkan, pesawat yang digunakan dalam penerbangan ini adalah Boeing 737 MAX 8.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Pramintohadi Soekarno mengatakan, pesawat ini mempunyai certificate of registration yang diterbitkan dan 15 Agustus 2018 dan expired pada 14 Agustus 2021. Certificate of air worthiness diterbitkan pada 15 Agustus 2018 dan expired 14 Agustus 2018.
Danang Mandala Prihantoro, Corporate Communications Lion Air mengatakan, pesawat dengan registrasi PK-LQP ini buatan tahun 2018 dan baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan laik operasi.
Pihak Boeing menyatakan telah mendapat konfirmasi dari Kementerian Perhubungan Indonesia terkait kecelakaan pesawat tipe 737 MAX 8 tersebut. "Kami mengungkapkan kepedulian kami terhadap para awak dan penumpang pesawat, serta menyampaikan simpati sepenuh hati kepada keluarga dan orang-orang yang dicintai," tulis Boeing.
Manajemen Boeing menyatakan siap memberikan bantuan teknis guna keperluan investigasi penyebab kecelakaan. Boeing menambahkan, sesuai protokol internasional maka semua informasi tentang investigasi kecelakaan akan disampaikan melalui Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Sebagai tambahan, Boeing menyatakan bahwa 737 MAX menjadi pesawat dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah perusahaan ini. Saat ini setidaknya sudah ada 4.700 pesanan pesawat dari 100 konsumen dari seluruh dunia.
Masalah mesin
Pada Mei 2017, Reuters melaporkan adanya penghentian uji terbang pesawat baru 737 MAX karena masalah mesin. Mesin pesawat ini bikinan CFM International, perusahaan patungan General Electric Co dan Safran SA.
Safran menemukan masalah pada piringan logam besar yang digunakan dalam turbin tekanan rendah di bagian belakang mesin. Jamie Jewell, jurubicara CFM International mengungkapkan, setelah pemberitahuan ini, Boeing mengandangkan 21 pesawat.
Jurubicara GE Rick Kennedy mengungkapkan, piringan yang memicu masalah ini akhirnya tidak dipasang pada mesin. "Tidak ada masalah lagi pada mesin di lapangan," kata Jewell seperti dikutip Reuters.
Kennedy mengatakan mesin yang sudah dibikin akan dikirim ke beberapa lokasi untuk pemeriksaan. Beberapa mesin pun dikeluarkan dari pesawat.
Penghentian uji penerbangan ini dilakukan beberapa hari sebelum pengiriman pertama 737 MAX ke sebuah maskapai. Ketika itu, belum ada penerbangan yang menggunakan pesawat 737 MAX.
Boeing menargetkan 737 MAX sebagai pengganti seri pesawat best seller dengan satu lorong. Versi pertama seri ini adalah 737 MAX dengan kapasitas 162 penumpang yang terdiri dari dua kelas.
Harga pesawat ini dibanderol US$ 110 juta. Tapi, maskapai biasanya mendapatkan diskon besar.
Maskapai Malaysia, Malindo Air merupakan perusahaan pertama yang menerbangkan pesawat seri ini secara komersial, pada Mei 2017 antara Kuala Lumpur dan Singapura.
Penundaan pengiriman pesawat seri ini juga terjadi pada Norwegian Air Shuttle ASA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News