Reporter: Margareta Engge Kharismawati, Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Februari 2014 sebesar 0,26%. Bank Indonesia (BI) melihat inflasi di tahun politik ini dalam trend menurun dan terkendali.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan inflasi Februari yang sebesar 0,26% berada di bawah perkiraan BI yang sebelumnya melihat inflasi akan bertengger di level 0,5%. Maka dari itu, inflasi tahunan alias year on year (yoy) sebesar 7,75%.
Inflasi Februari terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran. Misalnya, kelompok bahan makanan sebesar 0,36%, lalu makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,43%.
Menariknya, porsi komponen inti pada inflasi Februari sebesar 0,37%. Porsi ini lebih tinggi dibanding porsi inflasi lainnya seperti volatile yang sebesar 0,32% dan inflasi umum 0,26%. secara tahunan inflasi inti sudah mencapai 4,57%.
Inflasi inti yang tinggi ini disebabkan kenaikan harga beberapa komoditi yang mengalami kenaikan seperti emas perhiasan. Andil emas perhiasan dalam inflasi Februari mencapai 0,02% dengan perubahan harga terhadap Januari 2014 sebesar 8,06%.
Perry menjelaskan inflasi inti yang tinggi ini masih wajar. Hingga akhir tahun BI menargetkan inflasi inti sebesar 4,9%. "Secara keseluruhan masih sesuai dengan yang kita perkirakan," ujar Perry, Senin (3/3).
Karena itu BI pun optimis inflasi sepanjang tahun 2014 masih dalam perkiraan BI yaitu 4,5% plus minus satu. Meskipun inflasi sudah on track atau sejalan dengan yang dikehendaki, BI belum mau berkomentar apakah suku bunga akan diturunkan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, perkembangan inflasi ini dipengaruhi berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam meminimalkan dampak lanjutan bencana alam. Inflasi yang menurun juga dipengaruhi terkendalinya nilai tukar rupiah sehingga dapat meminimalkan dampak kenaikan harga komoditas global terhadap inflasi inti.
"Bank Indonesia menilai perkembangan inflasi sampai Februari 2014 masih berada dalam lintasan sasaran inflasi, meskipun akan terus mencermati risiko yang dapat mengganggu pencapaian target yakni 4,5% plus minus 1% pada 2014 dan 4% plus minus 1% pada 2015," ujar Tirta, Senin (3/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News