Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suntikan dana dari pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) akan disalurkan kepada delapan perusahaan plat merah. Jumlahnya mencapai Rp 37,38 triliun yang bakal dibagikan pada tahun 2021 dan berbagai sektor bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun bakal mendapatkannya.
Sebagaimana diketahui, pandemi virus corona membuat perekonomian Indonesia terancam melemah dan BUMN diharapkan dapat memainkan peranan yang lebih. "BUMN diharapkan bisa mengantisipasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini," kata Menteri BUMN Erick Thohir saat pembukaan acara webinar BUMN award, Rabu (16/9).
Sebagai informasi, anggaran PMN tahun depan lebih tinggi 18,7% dibandingkan tahun ini yang nilainya capai Rp 31,48 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya sudah merinci beberapa nama perusahaan pelat merah yang memperoleh pendanaan.
Seperti, PT Sarana Multigriya Financial yang bakal mendapatkan Rp 2,25 triliun, PT Hutama Karya Rp 6,2 triliun. Lalu ada PT PLN Rp 5 triliun, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia Rp 470 miliar, PT BPUI Rp 20 triliun, PT Pelindo III Rp 1,2 triliun, PT PAL Indonesia Rp 1,28 triliun, dan PT Kawasan Industri Wijayakusuma Rp 977 miliar.
Baca Juga: Kemenkeu belum cairkan PMN sebesar Rp 20,5 triliun terhadap 5 BUMN ini
Sri Mulyani menambahkan, tujuan Kemenkeu menggelontorkan PMN kepada BUMN yakni untuk mendukung multiplier effect pertumbuhan ekonomi yang ditugaskan melalui perusahaan pelat merah. Misalnya, pembangunan jalan tol dalam Program Strategis Nasional (PSN) oleh PT Hutama Karya .
"Nantinya PMN ini akan digunakan oleh perusahaan untuk percepatan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yaitu pada ruas Sigli - Banda Aceh, Kuala Tanjung - Tebing Tinggi - Parapat, dan Lubuk Linggau - Curup - Bengkulu," ujar Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan kepada Kontan.co.id, Rabu (16/9).
Selain itu, penerimaan PMN akan meningkatkan keuangan perseroan dengan bertambahnya ekuitas dan cash dari modal tersebut. Menilik kinerja keuangan perseroan, pendapatan BUMN di sektor infrastruktur ini masih menguat tipis, dari Rp 7,75 triliun di semester pertama 2019 menjadi Rp 7,78 triliun di semester pertama 2020.
Namun laba bersih perusahaan tergerus 95,83%, dari Rp 1,10 triliun pada paruh pertama tahun lalu menjadi Rp 46,13 miliar di periode yang sama tahun ini.
Terpuruknya laba bersih Hutama Karya dipicu pembengkakan biaya keuangan, yakni dari Rp 148,90 miliar di periode Januari-Juni 2019 menjadi Rp 992,03 miliar pada enam bulan pertama tahun ini.