kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menteri Agama ajak kaum milenial usung moderasi beragama


Minggu, 20 Januari 2019 / 21:19 WIB
Menteri Agama ajak kaum milenial usung moderasi beragama


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengajak kaum milenial untuk memahami moderasi beragama.  Ia menilai moderasi beragama menjadi formula ampuh dalam merespon dinamika zaman di tengah maraknya intoleransi, ektremisme dan fanatisme berlebihan yang bisa mencabik kerukunan umat beragama di Indonesia.

Menag pun mengajak kaum millennial untuk memahami moderasi bergama.  

"Kalau melihat agama secara kelembagaan, pastilah kita akan melihat ragam perbedaan. Tapi, agama juga bisa dan mestinya dilihat dari sisi dalam, yaitu: esensi dan subtansinya pada nilai-nilai universal," ujar Menag Lukman Hakim di Jakarta,  Sabtu (19/01) seperti dikutip dari website Kementerian Agama.

"Silahkan mengamalkan ajaran agama, namun jangan menyeragamkannya. Agama butuh wilayah yang damai. Kehidupan yang damai, butuh spritualitas nilai agama," sambung Menag.

Turut hadir sebagai pembicara, Staf Khusus Presiden RI Siti Ruhaini Dzuharyatin dan Alissa Wahid. Acara yang berlangsung interaktif dan dialogis ini dipandu Editor in Chief IDN Times, Uni Lubis sebagai moderator. 

Lukman menambahkan, Kementerian Agama (Kemnag) sejak tiga tahun lalu gencar mengusung moderasi beragama. Agama dikatakan Menag pastilah moderat. Agama yang datang dari Tuhan adalah untuk kemanusian. 

"Cara kita mengamalkan ajaran agama, sebagian kita boleh jadi terjebak pada pengamalan yang berlebihan. Di sinilah peran moderasi beragama untuk mengajak kutub-kutub yang berlebihanan kembali ke tengah," ujarnya.

Hasil kajian Kemnag lanjutnya, maraknya intoleransi karena pengamalan ajaran agama  baru sebatas penekanan formalitas, belum menyentuh nilai-nilai esensial. Nilai itu misalnya. agama tidak semata untuk Tuhan, namun juga untuk manusia itu sendiri.

"Ber-Indonesia hakikatnya beragama dan beragama hakikatnya berindonesia. Agama apapun pasti menekankan pada nasionalisme dan cinta tanah air," tandasnya.

Lukman menambahkan, setiap umat beragama di Indonesia mestinya harus memiliki kesadaran bahwa mengamalkan ajaran agama hakikatnya sedang menjaga keindonesian. Karena Indonesia merupakan negara religius dan agamis, bukan sekuler. 

"Kalau saya mengamalkan ajaran agama yang saya anut itu sesunguhnya saya sedang menjaga Indonesia agar tetap agamis. Sebaliknya, jika saya mengamalkan kewajiban sebagai warna negara Indonesia dan patuh pada ketentuan itu sesungguhnya saya mengamalkan ajaran agama," tutup Menag.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×