Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Menteri Pertanian Suswono menyayangkan masuknya gula rafinasi ke pasar lokal sehingga mengganggu petani tebu yang selama ini menguasai pasar konsumsi.
Ia mengatakan, Indonesia tidak bisa terus-menerus mengandalkan impor untuk memenuhi masyarakat secara nasional. Di sisi lain pemerintah abai memperhatikan produksi gula nasional.
"Saat ini ada banyak pelaku usaha gula menghadapi kesulitan mencari lahan. Sebab untuk bisa swasembada gula, kita paling tidak membutuhkan tambahan lahan sebanyak 350.000 hektare (ha)," tutur Suswono saat ditemui di Kantor Presiden, Kamis (19/9).
Politisi PKS ini menjelaskan, selain membutuhkan lahan yang cukup luas, Indonesia juga membutuhkan lebih dari 20 pabrik gula baru yang bisa segera beroperasi.
Sementara pabrik gula yang lama harus segera direvitalisasi. Agar hal itu bisa terealisasi butuh kerja sama semua unsur pimpinan pemerintah.
Selain itu, perlu kerja sama lintas kementerian dan dukungan penuh dari semua pihak. Dengan demikian, swasembada tahun 2014 bisa terealisasi.
"Kalau kemudian kita lebih asyik mengandalkan importasi, nanti tidak akan terealisasi swasembada yang sudah kita canangkan," terangnya.
Seharusnya, lanjut Suswono, pelaku usaha gula dalam negeri juga dibuka peluangnya untuk memasok gula ke industri. Sebab selama ini, gula ke Industri diimpor dari luar negeri.
Sejauh ini, bila gula rafinasi tidak bocor dan masuk ke pasar konsumsi itu sebenarnya tidak terlalu dipermasalahkan.
Namun yang terjadi adalah ada sekelompok orang yang memanfaatkan gula rafinasi dan dijual di pasar konsumsi.
Akibatnya, menjatuhkan harga gula produksi lokal dan membuat petani tebu beralih untuk menanam produk lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News