Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan penerimaan negara akan tumbuh 11% tahun ini, ditopang oleh meroketnya harga-harga komoditas unggulan seperti batu bara, dan Crude Palm Oil (Cpo)
“Ada pendapatan kita naik kemungkinan tumbuhnya bisa 11% di 2022, karena harga batubara naik CPO naik, ini semuanya mendapatkan tambahan penerimaan negara,” tuturnya dalam program B-Talk yang diselenggarakan Kompas TV, Selasa (10/5).
Akan tetapi, Sri Mulyani menegaskan, meskipun pertumbuhan pendapatan negara diprediksi meroket cukup tinggi, namun uang yang ada sudah ada dialokasikan untuk dijadikan bantalan atas shock yang dirasakan masyarakat.
Bantalan itu juga sebagai antisipasi pemerintah untuk tetap menjaga pemulihan mengancam ekonomi ke depannya, menjaga daya beli masyarakat, dan juga menjaga hal-hal yang berpotensi memperkeruh dunia politik dan sosial.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melandai, Sri Mulyani Akan Rombak Postur APBN
“Kita sudah melihat beberapa negara mengalami tekanan yang luar biasa. Jadi itu strategi yang akan terus dikalibrasi, sehingga ekonominya pulih ngacir, ekonominya tetap dijaga momentumnya, dan tetap fleksibel,” jelasnya.
Untuk memperkuat perekonomian, pihaknya di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga melakukan kerja sama dalam forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Bank Indonesia, dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dari sisi kebijakan moneter sendiri, Bank Indonesia menurutnya, akan menghadapi tantangan yang berbeda karena inflasi di global sudah sangat tinggi, juga inflasi domestik sudah menyentuh level 3,47% yoy, tertinggi sejak Agustus 2019. “Kita tetap harus jaga (inflasi) itu,” tegas Sri Mulyani.
Selain itu, kerjasama dalam forum KSSK ini juga diharapkan dapat mengawal pemulihan ekonomi ke depannya dan terus mengawasi gangguan-gangguan yang kompleks yang akan mengganggu proses pemulihan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News