kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Menkeu Sri Mulyani: Pelambatan ekonomi China belum tentu gerus ekspor Indonesia


Selasa, 29 Januari 2019 / 18:55 WIB
Menkeu Sri Mulyani: Pelambatan ekonomi China belum tentu gerus ekspor Indonesia


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, ekonomi China diperkirakan kembali melambat. Tahun lalu, ekonomi China tumbuh 6,6% secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi ini melambat dari 6,8% di tahun 2017. Meski ekonomi China melambat, Menteri Keuangan Sri Mulyani berpendapat, permintaan barang dan jasa dari Indonesia belum tentu menurun.

"Walaupun ekonomi China melambat, bukan berarti demand atas barang-barang dan jasa dari kita itu menurun, karena mereka pasti akan menjaga domestic demand-nya," ujar Sri Mulyani, Selasa (29/1).

Tetapi, bila permintaan dari China menurun, maka Indonesia akan fokus menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menjaga permintaan dari dalam negeri. Sri Mulyani melanjutkan, untuk menjaga permintaan domestik ini maka pemerintah akan menjaga tingkat inflasi tetap rendah.

Menurut Sri Mulyani, bila konsumsi dalam negeri dapat dijaga tahun ini, kondisi eksternal yang melemah dapat diseimbangkan. Apalagi, konsumsi domestik memegang peranan besar dalam pertumbuhan ekonomi, atau berkontribusi lebih dari 50% dari produk domestik bruto (PDB).

Selain itu, demi menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, investasi akan terus dijaga. Menurutnya, pemerintah pun akan tetap ambil bagian dalam menjaga investasi. Dia mengatakan, pemerintah akan memberikan berbagai insentif dan melakukan simplifikasi sehingga iklim investasi semakin baik.

"Pemerintah akan menjaga iklim investasi dengan melakukan simplifikasi dan insentif. Insentif yang kita berikan dari sisi fiskal seperti pajak dan bea masuk yang ditanggung pemerintah. Tahun lalu nilainya lebih dari Rp 150 triliun senditi tahun lalu. Kita juga memberikan tax holiday yang sangat dipermudah dengan persyaratan yang clear," jelas Sri Mulyani.

Insentif yang diberikan tak hanya untuk menjaga investasi di Indonesia, tetapi juga bertujuan untuk mendorong ekspor. Apalagi, defisit transaksi berjalan Indonesia masih harus diperbaiki.

Belanja pemerintah pun akan terus didorong sehingga pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia dapat berlangsung dengan baik. Ini diyakini dapat memperkuat pondasi ekonomi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×