kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menkes Budi Gunadi Dorong Industri Farmasi Kembangkan Obat-obatan Berbasis Plasma


Kamis, 02 Juni 2022 / 14:23 WIB
Menkes Budi Gunadi Dorong Industri Farmasi Kembangkan Obat-obatan Berbasis Plasma
ILUSTRASI. Menkes Budi Gunadi Dorong Industri Farmasi Kembangkan Obat-obatan Berbasis Plasma


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -    JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencanangkan adanya transformasi di teknologi kesehatan, baik teknologi informasi maupun bioteknologi yang menjadi pilar transformasi masif sistem kesehatan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, transformasi sistem ketahanan kesehatan, salah satunya yakni program pembangunan obat berbasis darah atau plasma.

"Pesan saya tolong juga dikembangkan obat-obatan berbasis plasma, albumin, imuno globulin itu kan banyak," kata Budi dalam Kick Off Fasilitasi Change Source Penggunaan Bahan Baku Obat Dalam Negeri, Kamis (2/6).

Budi memberi contoh, seperti Gammaraas yang digunakan sebagai terapi Covid-19 termasuk intravenous immunoglobulin therapy (IVIG). Dimana IVIG merupakan obat yang berbasis plasma yang bahan bakunya seharusnya tersedia di Indonesia.

Baca Juga: Banyak yang pulih, ini cara China kembangkan perawatan efektif bagi pasien corona

"Orang Indonesia tuh 270 juta harusnya kita produsen plasma darah nomor 4 terbesar di dunia gitu kan kira-kira seperti itu. Masa produk IVIG, albumin, yang banyak dipakai pasti semuanya impor itu kan enggak benar," ujarnya.

Ia menyayangkan belum adanya pemaksimalan potensi bahan baku farmasi di Indonesia. Bahkan Budi melontarkan, adanya dugaan mafia yang membuat pengembangan produk obat tersebut belum dilakukan di Indonesia. Padahal potensi bahan baku obat tersebut cukup besar di Indonesia.

"Pasti ada mafia, dia enggak pengen kita bikin pabriknya di sini, sehingga kalau mau dibikin pasti itung-itungannya enggak pernah untung. Itu enggak mungkinlah, saya bekas bankir pasti ada lah hitung-hitungannya supaya bisa bikin itu untung, apalagi kalau negara mau bantu," kata Budi.

Baca Juga: Menkes Minta 50% Hulu Hilir Kebutuhan Obat Dipenuhi dari Dalam Negeri



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×