Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara siklus, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada akhir tahun bisanya mengalami pertumbuhan. Tapi, percepatan restitusi pajak yang digalakkan pemerintah menjadi salah satu kendala realisasi pajak tidak langsung tersebut.
Direktur Potensi, Kepatuhan, Penerimaan Pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Yon Arsal mengatakan biasanya sepanjang Oktober-Desember penerimaan PPN tumbuh.
Baca Juga: Sri Mulyani lagi mencari cara untuk menarik pajak dari Netflix
“Akhir Oktober puncaknya Wajib Pajak (WP) bayar PPN, cuma bulannya kan belum tutup, besok baru bisa dilihat. Karena hari ini bakal banyak pemasukan dari PPN impor dan PPN dalam negeri,” kata Yon di Kompleks Kemenkeu, Rabu (30/10).
DJP pesimistis realisasi penerimaan PPN sampai dengan akhir Oktober 2019 bisa melebihi target pertumbuhan sekitar 20% year on year (yoy). Yon bilang pada akhir tahun ini penerimaan PPN masih sulit karena karena profitabilitas korporasi, volume produksi, dan penjualan eceran dalam tren menurun.
Namun demikian, DJP meyakini realisasi PPN sepanjang Januari-Oktober 2019 mampu menembus pencapaian tahun lalu dengan rata-rata penerimaan PPN sebesar 14,97% yoy dengan kontribusi dari PPN Orang Pribadi (OP) sebesar 21% yoy dan PPN Dalam Negeri di level pertumbuhan 8,94% yoy.
Yon menyampaikan sumbangsih penerimaan PPN paling banyak berasal dari sektor pengolahan dan perdagangan di mana industri konsumsi menjadi ladang tersubur. “Kedua sektor itu memang paling banyak sumbangsihnya, termasuk juga pembayaran Pajak Penghasilan (PPh), over all keduanya beda tipis,” kata Yon.
Baca Juga: Luhut: Lonjakan ekspor bijih nikel jadi alasan izin ekspor disetop
Di sisi lain, kinerja PPN tidak dipungkiri terkendala dengan adanya percepatan restitusi pajak. Maklum, PPN merupakan kontributor terbesar restitusi. Yon mengaku sektor pengolahan dan perdagangan pun menyumbang restitusi PPN paling tinggi.