kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Mengukur efektivitas dana Rp 180 triliun untuk menyelamatkan Indonesia dari resesi


Jumat, 04 September 2020 / 17:06 WIB
Mengukur efektivitas dana Rp 180 triliun untuk menyelamatkan Indonesia dari resesi
ILUSTRASI. Pekerja menggunakan alat reach stackers di Terminal Peti Kemas Perawang, di Kabupaten Siak, Riau, Jumat (7/8/2020). Terminal Peti Kemas Perawang yang dikelola PT Pelindo 1, pada semester I-2020 melayani bongkar muat peti kemas sebanyak 40.571 boks dan men


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi dan Transformasi Nasional (Satgas PEN) menyebut, bahwa Indonesia dapat mendongkrak perekonomian di kuartal III 2020 untuk terhindar dari resesi asalkan bisa mengucurkan anggaran sebesar Rp 180 triliun per kuartal.

Ketua Satgas PEN, Budi Gunadi Sadikin, mengatkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia saat ini sekitar US$ 1 triliun atau lebih kurang Rp 14.500 triliun. Maka jika di bagi menjadi empat kuartal, maka per kuartalnya sebesar Rp 3.600 triliun.

Sehingga, apabila melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II yang terkontraksi negatif hingga 5%. Maka jika 5% dari Rp 3.600 triliun per kuartal adalah sekitar Rp 180 triliun yang dibutuhkan untuk disalurkan ke masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tertolong.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menilai bahwa dana yang dibutuhkan untuk menutupi kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang minus 5,32% berkisar Rp 180 triliun hingga Rp 200 triliun.

Baca Juga: Kadin minta insentif PPh 22 impor dan diskon angsuran PPh 25 tidak dicabut

“Kalau menurut proses perhitungannya secara matematis memang iya, untuk menutupi kontraksi maka dibutuhkan dana sekitar Rp 180 triliun hingga Rp 200 triliun,” ujar Riza saat dihubungi KONTAN, Jumat (4/9).

Namun, untuk mengukur apakah dana itu akan efektif atau tidak maka tergantung pada penyaluran stimulus-stimulus program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menurutnya, stimulus untuk PEN sudah cukup besar saat ini, sayangnya penyerapan realisasi di lapangan dinilai masih rendah.

“Pada tahap implementasi ini yang menjadi tahap penting pemberian stimulus. Berapapun dana ditambah, jika implementasi di lapangan masih lambat, maka akan jauh dari efektif,” katanya.

Baca Juga: Tiga ekonom ini ramal ekonomi Indonesia sudah hampir pasti masuk resesi

Sehingga, ia menilai, perlunya pemerintah fokus untuk optimalkan realisasi penyerapan dan penggunaan stimulus yang ada. Sebab, selain terutama menyelesaikan penyebaran pandemi Covid-19, grafik peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia juga terus meningkat bahkan dibanding negara tetangga.

“Jadi kalau pandemi ini bisa terkendali maka perbaikan ekonomi dengan sendirinya akan mengikuti,” tutupnya.

Selanjutnya: Siapa saja yang berhak mendapat bansos beras 30 kg?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×