Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai kondisi nilai tukar rupiah saat ini dalam tren menguat. Ini juga yang menjadi alasan BI memangkas suku bunga atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025.
Pada penutupan perdagangan Rabu (22/5), mengutip Bloomberg rupiah tercatat menguat 16,50 poin ke level Rp 16.396,5 per dolar AS. Sehari sebelumnya mata uang Garuda terdepresiasi ke level Rp 16.413 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,09% ke Rp 16.399 per Dolar AS pada Rabu (21/5)
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, kondisi nilai tukar rupiah saat ini cenderung menguat didukung kebijakan stabilisasi BI dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda. Ia mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak 1 Mei 2025 - 20 Mei 2025 telah menguat sebesar 1,13% dibandingkan dengan posisi akhir April 2025.
“Nilai tukar rupiah stabil dan cenderung menguat,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (21/5).
Ia juga mencatat, mata uang Garuda cenderung menguat dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan kelompok mata uang negara maju selain dolar AS.
Selain itu, Perry melihat pergerakan rupiah berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian.
BiBaca Juga: Rupiah Masih Peluang Menguat pada Tahun 2025, Ini Syaratnya
Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
“BI terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder,” ungkapnya.
Selanjutnya, seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Selanjutnya: Astra (ASII) Yakin Penurunan BI Rate Dapat Kerek Kinerja di Lini Bisnis Ini
Menarik Dibaca: Dorong Produksi Berkelanjutan, Blasfolie Gandeng Suryanesia Pasang PLTS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News