kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Mengekor harga minyak dunia, harga Pertamax sulit dikendalikan


Jumat, 04 Februari 2011 / 11:29 WIB
Mengekor harga minyak dunia, harga Pertamax sulit dikendalikan
ILUSTRASI. Investor Paling Legendaris di Dunia - Warren Buffett


Reporter: Irma Yani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga Pertamax diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif. Pasalnya, naik turunnya harga Pertamax sangat bergantung pada gerak harga minyak dunia.

"Pertamax itu kan mengikuti harga minyak dunia, jadi tidak bisa dikendalikan seperti halnya premium. Pertamax akan naik turun sepanjang harga minyak dunia fluktuatif," kata Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Endah Murniningtyas.

Namun, lanjutnya, jika gejolak harga minyak terus terjadi, boleh jadi harga pertamax pun akan mengekor menanjak. Hanya saja, jika harga Pertamax terus melambung, maka akan terjadi peralihan kembali dikalangan pengguna kendaraan bermotor roda empat yang sudah mulai mencoba menggunakan bahan bakar minyak non subsidi atau pertamax ke bahan bahar minyak bersubsidi atau premium.

"Seharusnya tidak seperti itu. Kalau kembali pada hakekatnya, subsidi BBM itu diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Kalau yang berasal dari orang mampu, seharusnya tidak memanfaatkan subsidi pemerintah. Ini namanya moral hazard," ucapnya.

Menurut Endah, premium sebagai barang bersubsidi, harus diberikan kepada orang yang tepat. Pengaturan pembatasan pemberian BBM bersubsidi pada intinya mengarah pada pemberian subsidi agar tepat sasaran. Namun, pemerintah mengakui bahwa saat ini subsidi BBM banyak ditemukan tidak tepat sasaran.

"Terutama dari sisi penggunaannya karena sulit dikendalikan. Kalau pemberiannya kan jelas untuk premium saja, tapi ternyata banyak moral hazard di masyarakat yang sebetulnya mampu, tapi pindah karena murah," ujarnya.

Ia pun mengaku, tidak mengetahui persis korelasi rencana pembatasan pemberian BBM bersubsidi dengan berkurangnya tingkat konsumsi BBM didalam negeri. Ia mengatakan, selama pertumbuhan ekonomi terus meningkat, maka kebutuhan dan konsumsi energi juga akan semakin meningkat.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri PPN/Bappenas Dedi Masykur Riyadi berpandangan lain. "Menurut saya pribadi, dari sisi ekonomi, kalau pemberian BBM bersubsidi dibatasi, maka konumsi premium turun. Pertamax juga bisa turun karena masyarakat kemungkinan akan mengurangi pemakaiannya akibat harganya melambung, dan ini juga bisa mengurangi kemacetan di jalan karena orang mengurangi waktu berkendaranya yang dianggap tidak terlalu penting," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×