Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto meminta Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) membenamkan investasi US$ 20 miliar untuk 20 proyek strategis.
Gelombang pertama investasi tersebut akan difokuskan pada hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data, kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, akuakultur serta energi terbarukan.
CEO Danantara Rosan Roeslani mengatakan bahwa penggunaan dana di Danantara mesti dijalankan secara hati – hati. Yakni dengan tetap mengacu pada business practice secara pruden.
Peran Kementerian BUMN dan Danantara juga akan erat. Karena meski 99% saham ada di Danantara, 1% kepemilikan saham seri A Danantara ada di Kementerian BUMN.
“Jadi tentunya kita akan selalu merencanakan ini bersama – sama, baik itu dalam rencana jangka pendek, menengah, atau panjang,” ujar Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/2).
Baca Juga: Bank Mandiri Sambut Baik BPI Danantara, Siap Dorong Program Strategis Nasional
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengatakan terkait investasi, Danantara akan melihat private market maupun public market yang sudah ada. “Jadi itu mungkin tugas utamanya kita ya satu tahun kedepan,” ucap Pandu.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan, begitu beroperasi Danantara akan menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah begitu buruk dan terbatasnya kesempatan berinvestasi di Indonesia. Dengan dana berlimpah, permasalahan menjadi semakin besar.
Bisa saja Danantara memutuskan untuk fokus pada pendanaan 20 proyek strategis nasional dan upaya memperbaiki kinerja BUMN. Akan tetapi, keduanya merupakan investasi dengan horizon jangka panjang yang perlu waktu untuk merealisasikan.
“Danantara akan kesulitan menemukan alternatif investasi jangka pendeknya, untuk menjaga likuiditas sekaligus tingkat pengembalian investasi,” ujar Wijayanto dalam keterangan pers, Selasa (25/2).
Wijayanto menyoroti jika Danantara menempatkan dananya pada SBN yang telah memfasilitasi ketergantungan Pemerintah terhadap utang. Ia juga mempertanyakan jika Danantara menempatkan dananya di deposito yang notabene berbunga rendah.
Wijayanto juga menilai tidak mungkin Danantara menempatkan dananya di pasar saham internasional. Kendatipun benar secara prinsip investasi, tetapi langkah ini akan dinilai bertolak belakang dengan tujuan berdirinya Danantara.
“Menanamkan dana di pasar modal nasional merupakan salah satu opsi terbaik,” ucap Wijayanto.
Namun demikian, Wijayanto bilang, permasalahan kondisi pasar modal Indonesia sedang mati suri. Investor lari kepada SBN, alternatif investasi likuid dengan bunga lebih dari 7% dengan risiko yang nyaris nol.
“Investor lari ke luar negeri karena terlalu dominannya praktik goreng-menggoreng di pasar modal kita. Gorengan buruk bagi kesehatan dan saham gorengan buruk bagi reputasi pasar modal dan negeri kita,” kata Wijayanto.
Wijayanto menyebut, total investible equity di pasar modal Indonesia hanya mewakili kurang dari 0,2% FTSE Global Equity Index Series (FTSE GEIS). Artinya, investor global hanya merencanakan untuk menempatkan kurang dari 0,2% AUM-nya untuk diinvestasikan di Indonesia. Ini jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
“Yang lebih mengkhawatirkan, proporsi yang kecil itu justru semakin kecil akibat beberapa emiten besar kita dikeluarkan dari perhitungan index FTSE GEIS, akibat dugaan manipulasi harga saham,” ungkap Wijayanto.
Menurut Wijayanto, Danantara adalah pemain investasi super besar. Ia memerlukan lapangan bermain yang luas, dan bisa dipastikan pasar modal Indonesia terlalu sempit baginya untuk bergerak.
“Lagi-lagi, bisa saja ia memilih untuk bermain di luar, tetapi pilihan terbaik adalah tetap bermain di dalam, sambil terus memperbaiki lapangan agar semakin luas, bersih dan nyaman,” pungkas Wijayanto.
Baca Juga: CSIS Sebut Danantara Bisa Memunculkan Sejumlah Risiko dan Bebani APBN
Selanjutnya: Simak Strategi Ekspansi Merdeka Battery (MBMA) dan Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Sekolah Ini Jadi yang Pertama Terapkan Positive Education, Ini Manfaatnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News