Reporter: Indra Khairuman, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum pencairan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN) sekaligus Hari Raya Idul Adha, diperkirakan tak mampu mengerek konsumsi rumah tangga secara signifikan.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua tahun ini, diperkirakan tumbuh lebih lambat.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan konsumsi di kuartal II-2025 sekitar 4,83% secara tahunan atau year on year (yoy), melambat dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh mencapai 4,89% secara tahunan.
Baca Juga: Musim Haji Mulai, Kapan Hari Raya Idul Adha 2025? Cek Jadwal Pemerintah, Muhammadiyah
Menurutnya, realisasi belanja fiskal yang meningkat di kuartal II, termasuk gaji ke-13 yang biasanya cair menjelang pertengahan tahun, bisa berpotensi mendorong konsumsi.
"Tapi tetap ada peningkatan kehati-hatian masyarakat terhadap prospek kerja dan usaha. Daya beli belum melemah, tetapi realisasi belanja rumah tangga bisa tertahan," kata Josua kepada KONTAN.
Belum lagi, kekhawatiran masyarakat terhadap prospek pekerjaan dan usaha, terutama di tengah ketidakpastian global seperti tarif dagang Amerika Serikat (AS) hingga risiko resesi. Juga, tekanan inflasi sektoral, lantaran harga beberapa bahan pangan dan transportasi masih fluktuatif.
"Kebijakan fiskal yang efisien belanja pemerintah di awal tahun ikut menahan efek multiplier belanja masyarakat," tambahnya.
Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga dan Daya Beli Masyarakat Kuartal II-2025 Diperkirakan Stagnan
Ekonom Bright Institute Yanuar Rizky juga memperkirakan, efek pencairan gaji ke-13 maupun Idul Adha terhadap konsumsi masyarakat, tak sebesar perayaan Idul Fitri. "Konsumsi rumah tangga akan stagnan dan cenderung turun di kisaran 4,79% hingga 4,89%," ungkap Yanuar, kemarin.
Ditambah, kondisi daya beli masyarakat, terutama kelas bawah yang lesu, yang terindikasi dari menipisnya tabungan hingga naiknya kredit macet atau non performing loan (NPL) kartu kredit perbankan dan naiknya NPL pinjaman daring (pindar).
Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) juga menilai, gaji ke-13 akan berefek terbatas terhadap konsumsi.
Pasalnya, gaji ke-13 hanya diperuntukan bagi ASN. Ia juga memperkirakan, tak semua gaji tersebut dibelanjakan masyarakat, melainkan juga untuk disimpan hingga melunasi utang.
Baca Juga: Kapan Lebaran Idul Adha 2025? Ini Versi Muhammadiyah dan Pemerintah
Sementara Ekonom Univeritas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin menghitung, pencairan gaji ke-13 bisa mendongkrak pertumbuhan sebesar 0,3 hingga 0,4 poin persentase dibandingkan tanpa gaji ke-13. Namun, ini adalah fenomena tahunan sehingga pengaruhnya tak terlalu signifikan terhadap perekonomian.
Pun dengan perayaan Idul Adha, yang menambah perputaran uang Rp Rp 25 triliun hingga Rp 40 triliun. Iduladha juga merupakan faktor musiman dan tak signifikan mendorong perekonomian.
Selanjutnya: Kisah Kenwilboy Raja Forex Indonesia yang Tekankan Pentingnya Edukasi
Menarik Dibaca: Kisah Kenwilboy Raja Forex Indonesia yang Tekankan Pentingnya Edukasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News