kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,64   -1,00   -0.11%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat Kelanjutan Windfall Komoditas di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Global


Senin, 18 Juli 2022 / 18:52 WIB
Melihat Kelanjutan Windfall Komoditas di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Global
ILUSTRASI. Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Priok, Kamis (3/2/2022). Melihat Kelanjutan Windfall Komoditas di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Global.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketidakpastian global membawa risiko baru, kendati, Indonesia mendapatkan rezeki nomplok dari windfall komoditas. Namun saat ini, harga sejumlah komoditas energi dan pangan mulai melandai disebabkan melemahnya permintaan dan kekhawatiran terjadinya resesi.

Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan, Indonesia akan menikmati berkah harga komoditas (windfall) sampai dengan masih terjadi disrupsi pasokan global akibat perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan.

"Walaupun melandai, tetapi jika harga komoditas tetap tinggi seperti sekarang ini, Indonesia akan tetap dapat windfall dan penerimaan perpajakan tetap tinggi, baik dari pajak ekspor, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak penghasilan (PPh)," ujar Iskandar kepada Kontan.co.id, Senin (18/7).

Baca Juga: Berdampak Luas bagi Ekonomi, Kemenperin Fokus Hilirisasi Industri Kelapa Sawit

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengatakan, untuk merespons volatilitas harga, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap konsisten sebagai shock absorder. Selain itu, di saat harga komoditas tinggi juga menjadi momentum untuk penguatan buffer sebagai antisipasi ketidakpastian.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengakan bahwa batubara dan crude palm oil (CPO) merupakan komoditas penyumbang utama dari windfall komoditas, sehingga apabila kenaikan dari dua komoditas tersebut berlanjut maka dampak ke windfall akan berlanjut dan ekspor akan tetap tinggi.

Sementara itu, apabila komoditas migas yang meningkat, maka menurutnya hal tersebut akan memberikan tekanan dari sisi inflasi dan postur fiskal.

Baca Juga: Forum Kapnas Digelar, TKDN Hulu Migas Ditargetkan Terdongkrak

"Sejauh ini pergerakan komoditas masih tinggi dan baru rebound sedikit dari penurunan di minggu lalu dan nampaknya masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan," kata Riefky.

Sebagai bentuk antisipasi, Riefky meminta kepada pemerintah untuk fokus dalam menangani inflasi, terutama yang ditimbulkan oleh imported goods (barang impor) seperti migas dan bahan baku akibat tingginya biaya produksi. Selain itu, perlindungan masyarakat miskin dan rentan terhadap daya beli masyarakat juga perlu terus menjadi fokus pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×