kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Melihat Dampak Kebijakan BI Tahan Suku Bunga Acuan Saat The Fed Makin Agresif


Kamis, 21 Juli 2022 / 19:19 WIB
Melihat Dampak Kebijakan BI Tahan Suku Bunga Acuan Saat The Fed Makin Agresif
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan di level 3,5% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2022.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Meski, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) agresif dalam menaikkan suku bunga kebijakannya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan di level 3,5% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2022. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo, tak menampik, langkahnya ini membawa dampak pada Indonesia, terutama dalam hal pergerakan nilai tukar rupiah. Ini, salah satunya, disebabkan oleh adanya perbedaan imbal hasil (yield) obligasi AS US Treasury (UST) dan surat berharga negara (SBN).

“Jadi, memang pengaruhnya lewat kenaikan yield US Treasury dan perbandingannya dengan yield SBN rupiah. Di sini ada perbedaan yield, yang kemudian kami lakukan sebagai dasar melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah,” tutur Perry dalam konferensi pers daring, Kamis (21/7). 

Bila menilik data terkini, memang nilai tukar rupiah terpantau melemah sebesar 4,90% year to date (ytd). Namun, bila dibandingkan dengan negara setara seperti Malaysia, India, dan Thailand, depresiasi nilai tukar rupiah ini cenderung lebih landai. 

Baca Juga: Bank Indonesia Menahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Perry pun meyakini pergerakan nilai tukar rupiah secara fundamental masih terjaga, didorong oleh kondisi neraca transaksi berjalan yang baik. Bahkan, ia melihat ada potensi surplus neraca transaksi berjalan pada tahun ini sebesar 0,3% produk domestik bruto (PDB). Atau, kalaupun defisit, defisitnya kecil di level 0,5% PDB. 

Selain itu, Perry menenangkan, karena dirinya telah menyiapkan kuda-kuda untuk menjaga stabilisasi nilai tukar dengan melihat perkembangan terkini. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan intervensi baik tunai, di pasar spot, maupun lewat pasar DNDF. 

Langkah intervensi yang dilakukan oleh BI juga diperkuat dengan strategi operasi moneter, yaitu menaikkan suku bunga pasar uang untuk tenor-tenor di atas satu minggu, serta memperkecil likuiditas tenor jangka panjang.

Baca Juga: Bos BI Ungkap Alasan Masih Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Bahkan, BI juga telah melakukan penjualan SBN di pasar sekunder sebagai bagian dari pengelolaan operasi moneter dan mendorong imbal hasil SBN di pasar sekunder bergerak naik. 

“BI akan terus berada di pasar, melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperkuat dengan penguatan operasi moneter, dan juga penjualan SBN di pasar sekunder. Ini yang kami lakukan,” tandas Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×