kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Media sosial belum tentu berjaya di Pemilu 2014


Jumat, 18 Oktober 2013 / 22:37 WIB
Media sosial belum tentu berjaya di Pemilu 2014
ILUSTRASI. Karyawan menunjukkan produk investasi emas di konter Galeri 24 Pegadaian, Jakarta.KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pada Pemilu 2014, penggunaan media sosial seperti Twitter dan Facebook diperkirakan tidak akan se-efektif seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta tahun lalu.

Nukman Luthfie, pemilik Virtual Consulting mengatakan, hal itu dikarenakan Jakarta berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia dalam pemerataan penggunaan fasilitas internet. Di Jakarta, masyarakatnya hampir bisa disebut sebagai masyarakat digital.

"Saya bilang hati-hati membaca kemenangan Jokowi karena media sosial. Tapi, itu karena konsentrasi Twitter-nya ada di Jakarta," ujar Nukman sela diskusi 'Dari Jakarta Baru ke Indonesia Baru: Sebuah studi tentang Media Sosial dalam Perluasan Civic Engagement dan Pemerintahan Partisipatoris di Jakarta, Serta Implikasinya bagi Demokrasi Partisipatoris di Indonesia, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (18/10).

"Selama pengguna media sosial tidak merata di Indonesia, maka ketika Pemilu 2014, kejadian di Jakarta belum tentu terulang," imbuh Nukman.

Kunci media sosial di Indonesia, lanjutnya, sebenarnya bukan melalui internet (PC), namun melalui telepon pintar seperti BlackBerry, Samsung, iphone, dan sebagainya. Pengguna 'smartphone' di Indonesia adalah anak-anak muda. Menurut Nukman, sekitar 40 juta 'smartphone' tersebar di Indonesia.

Ini merupakan peluang besar untuk berkampanye, karena yang tren di media sosial biasanya akan memiliki gaung. Sebut saja bagaimana seorang anak yang menyarankan orangtuanya memilih seorang calon, karena beritanya tersebar di media sosial.

"Nah, kalau kemudian penyebarannya merata, gerakan politik dimungkinkan terjadi. Tapi, di 2014 kira-kira pengguna smartphone baru enggak sampai 40% dari total populasi. Kalaupun suaranya berpengaruh pada pemilu, itu leblih kepada influence-nya," papar Nukman.

"Mungkin dia enggak milih langsung karena anak-anak, tapi dia akan menginfluence orangtuanya, ayah tolong pilih ini. Ini kejadiannya sama dengan (Wali Kota) Ridwan Kamil di Bandung," jelasnya. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×