kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Masuk PKPU, utang Asmin Koalindo capai Rp 25 T


Selasa, 01 Maret 2016 / 11:51 WIB
Masuk PKPU, utang Asmin Koalindo capai Rp 25 T


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Utang PT Asmin Koalindo Tuhup, anak usaha PT Borneo Lumbung Energi dan Mineral Tbk tak main-main. Dalam rapat verifikasi tagihan, Senin (29/2), PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) diketahui memiliki tagihan sementara mencapai Rp 25,5 triliun kepada krediturnya.

Pengurus PKPU AKT William E. Daniel menyatakan, tagihan tersebut berasal dari kreditur perbankan, pemasok, dan kontraktor. Jumlah tagihan terbesar berasal dari lima kreditur separatis sebanyak Rp 16,95 triliun. Namun William enggan menyebut identitas kreditur separatis tersebut.

Adapun kreditur konkuren mencapai Rp 9,93 triliun. William menambahkan, ada tagihan yang terlambat diajukan sebanyak 12 pihak dengan nilai Rp 202,58 miliar. Selain itu, ada 15 kreditur yang belum melengkapi dokumen dengan nilai tagihan Rp 219 miliar.

Perkara restrukturisasi utang ini diajukan sendiri oleh Asmin Koalindo. Ada dua kreditur yang memiliki tagihan besar, yakni PT Kharisma Rekayasa Global dan PT Samudra Pacific Marine, dengan tagihan masing-masing US$ 14,7 juta dan US$ 98,54 juta. Hingga kini belum terkuak kreditur perbankan.

Besarnya nilai utang perusahaan yang masih terafiliasi dengan pengusaha Samin Tan, salah satu pemilik Borneo Lumbung Energi dan Mineral Tbk, membuat proposal perdamaian dari AKT harus dicermati. Pasalnya, debitur perlu berupaya keras memikirkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang. Tapi di sisi lain, kreditur juga tetap memikirkan konsekuensi jika debitur dinyatakan pailit.

Apalagi lahan, cadangan batubara, maupun izin milik Asmin Koalindo sebenarnya masih milik negara. Sehingga bisa saja pemerintah melakukan intervensi jika AKT pailit.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Asmin Koalindo Tuhup Kenneth R. Allan mengklaim operasional bisnis Asmin masih berjalan normal. Namun, kegiatan produksi saat ini masih dihentikan sementara hingga selesainya proses restrukturisasi utang. "Kami masih memiliki batubara sebesar 1 juta metrik ton di stockpile dan bisa dimanfaatkan untuk menambah pendapatan," kata Kenneth.

Kenneth mengklaim harga batubara sudah naik dari US$ 71 per metrik ton jadi US$ 73 per metrik ton. Asmin pun kini membuat revisi rencana penambangan. AKT masih optimistis karena memiliki potensi batubara 18 juta metrik ton yang akan ditambang dalam waktu lima hingga enam tahun ke depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×