Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia
NUSA DUA. Bank Indonesia memproyeksikan Maret ini akan terjadi inflasi sekitar 0,3%. Faktor utama penyumbang inflasi berasal dari kenaikan harga pangan terutama komoditas holtikultura.
Arief Hartawan, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan harga-harga produk di sejumlah daerah, pihaknya memprediksikan pada Maret ini akan mengalami inflasi, setelah pada Februari lalu mengalami deflasi.
"Survei pemantauan harga yang dilakukan oleh teman-teman departemen statistik pada Maret kemungkian memang akan ada inflasi, tapi mungkin masih antara 0,1%-0,3% kayanya itu bisa 0,3%," kata dia, Rabu (30/3).
Dengan proyeksi tersebut, pihaknya memperkirakan inflasi year on year (YoY) periode Januari-Maret akan mencapai 0,4% hingga 0,7%.
Dia menjelaskan, sepanjang Maret 2016 musim penghujan masih mempengaruhi produktivitas komoditas pangan di sejumlah daerah. Khususnya, untuk produk cabai, bawang, serta tanaman palawija.
Sehingga, kenaikan harga produk tersebut penyumbang utama terjadinya inflasi. "Maret ini kan masih cabai sama bawang itu, tanaman palawija, apalagi musim hujan begini," kata Arief.
Hingga Desember mendatang, BI masih optimistis inflasi akan tetap terkendali di kisaran 4% plus minus 1%. Menurut Arief, penurunan harga minyak mentah yang berdampak pada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat harga jual produk tetap terkendali.
Ia menjelaskan, meskipun nantinya subsidi listrik akan dipangkas lewat program migrasi golongan runah tangga 900 VA ke 1.300 VA, namun hal ini tidak berpengaruh besar. Sebab, harga listrik juga akan mengalami penurunan selaras dengan penurunan harga minyak.
"Kalaupun subsdinya menjadi minimal, kami sudah coba hitung, ternyata dampaknya diproyeksikan tidak terlalu signifikan terhadap inflasi pada 2016 ini," jelas Arief.
Dendi Ramdani, Ekonom Bank Mandiri mengatakan, penurunan harga BBM jenis solar subsidi dan premium akan berdampak postif terhadap infasi. Menurut dia, pengaruh penurunan BBM memang diproyeksikan dapat menurunkan inflasi tahunan, yang semula diprediksi 5% menjadi 4,5%.
"Penurunan BBM masih belum banyak berdampak banyak pada peningkatan daya beli masyarakat, namun lebih ke dampak turunannya, sehingga inflasi yang lebih terjaga dengan penurunan biaya produksi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News