kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,44   -1,31   -0.15%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manufaktur Indonesia melemah, Menko Airlangga: Pelemahan terjadi secara global


Minggu, 03 November 2019 / 12:33 WIB
Manufaktur Indonesia melemah, Menko Airlangga: Pelemahan terjadi secara global
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pelemahan manufaktur terjadi secara global dan memengaruhi berbagai negara.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia semakin melemah. Setidaknya, dua data terbaru mengindikasikan pelemahan itu.

Pertama, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dilaporkan oleh IHS Markit, Jumat (1/11), berada pada level 47,7 pada Oktober 2019. Indeks tersebut mendekati level terendah dalam kurun empat tahun terakhir.

Kedua, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang (IBS) hanya mencapai 4,35% yoy di sepanjang kuartal III-2019. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan periode sama pada 2018 maupun 2017 yang masing-masing tumbuh 5,04% dan 5,46%.

Baca Juga: Manufaktur Indonesia semakin melemah

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tak menampik kinerja manufaktur dalam negeri yang masih lemah. Namun menurutnya, hal tersebut memang terjadi secara global dan memengaruhi seluruh pasar di berbagai negara.

“Secara global kan memang terjadi (perlemahan). Tentu berpengaruh ke pasar-pasar dan memang permintaan luar negeri pun turun,” tutur Airlangga, Jumat (1/11).

Tekanan pada sektor manufaktur, kata Airlangga, juga tak lepas dari efek proteksionisme perdagangan di berbagai negara. Ia mencontohkan Vietnam yang bakal membuat regulasi agar ekspor kendaraan dari Indonesia dilakukan dalam bentuk  completely knock down (CKD), bukan lagi  completely built up (CBU).

Baca Juga: BPS: Industri manufaktur pada kuartal III-2019 tumbuh 4,35%

“Dengan ini mereka berharap barang dirakit di sana. Tidak lagi dikirim dalam bentuk CBU. Hal-hal seperti ini yang harus kita antisipasi,” ujarnya.

Oleh karena itu, Airlangga mengatakan, pemerintah akan terus mencari komoditas-komoditas lain yang berpotensi mengangkat kinerja manufaktur domestik. Salah satunya dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian Bambang Adi Winarso mengatakan, kendati permintaan eskpor manufaktur menurun, ia meyakini permintaan secara domestik masih cukup kuat hingga akhir tahun.

“Secara domestik mungkin kemarin agak turun karena faktor politik, tapi sebenarnya masih jalan kok,” ujarnya, Jumat (1/11).

Baca Juga: Aktivitas Pabrik China Per Oktober 2019 Paling Bergairah Sejak Dua Tahun Terakhir

Bambang menilai, saat ini yang terpenting bagi pemerintah ialah menjaga ekspektasi dunia usaha itu sendiri. Pasalnya, aktivitas manufaktur dan perekonomian secara keseluruhan sangat bergantung pada keyakinan dunia usaha maupun masyarakat konsumen.

“Makanya sudah diingatkan juga oleh Ibu Menkeu Sri Mulyani supaya pengusaha jangan ikut takut karena efeknya bisa spiral,” tandasnya.

Baca Juga: Industri makanan dan minuman masih mengalami pertumbuhan di kuartal III-2019
 
IHS Markit mencatat, kepercayaan diri berbisnis pada Oktober 2019 turun ke posisi terendah dalam enam bulan. Sementara, Indeks Output Masa Depan yang menjadi tolok ukur sentimen, stagnan pada posisi 50,0.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×