kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manufaktur bisa bantu dorong Kualitas Nasional RI


Minggu, 17 September 2017 / 21:43 WIB
Manufaktur bisa bantu dorong Kualitas Nasional RI


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Ranking Indeks kualitas nasional yang dikeluarkan oleh Henley and Partners menempatkan Indonesia pada posisi ke-105 untuk 2016. Peringkat ini naik 1,4% dari tahun sebelumnya. Beberapa aspek penilaian yang digunakan antara lain skala ekonomi, indeks pembangunan manusia, stabilitas internal dalam negeri, dan faktor eksternal seperti kemudahan pengurusan travel visa, kerja, dan tinggal di luar negeri.

Dalam posisi peringkat 105, Indonesia masih tertinggal dari negara ASEAN lain, yakni Singapura yang berada di peringkat 36, Malaysia di peringkat 45, dan Thailand di peringkat 97. Menurut ekonom CORE (Center of Reform on Economics) Mohammad Faisal, meski Indonesia tertinggal dari ketiga negara tersebut, tidak berarti Indonesia tertinggal dalam semua aspeknya. Menurutnya, hanya pada Singapura, Indonesia masih tertinggal jauh dalam 4 komponen penilaian QNI.

"Jika dengan Thailand dan Malaysia kita tertinggal di kriteria ekonomi dan kualitas pembangunan manusia, sementara dari aspek stabilitas keamanan kurang lebih setara atau mungkin malah lebih baik," ujar Faisal ketika dihubungi KONTAN pada Minggu (17/9).

Untuk memperbaiki indeks kualitas nasional ini, ekonom CORE ini menyarankan dua perbaikan, yakni kualitas SDM dan tingkat GDP. Faisal mengatakan, hingga kini kualitas SDM, terutama pendidikan dan kesehatan Indonesia masih tertinggal jauh.

"67% SDM kita berpendidikan SMP ke bawah, sementara di Malasia dan Thailand 50% justru berpendidikan SMA ke atas," kata Faisal.

Selain itu, dari sisi GDP per kapita pun Indonesia masih tertingga cukup jauh dibanding Malaysia dan Thailand, apalagi Singapura. Faisal menyarankan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi untuk mengejar, hingga di atas 7% per tahun. Untuk bisa mencapai ini, pemerintah harus mendorong pertumbuhan industri manufaktur.

"Jadi kinerja manufaktur harus menjadi prioritas utama. Semua kebijakan terkait industri perlu menjadi perhatian utama pemerintah, terintegrasi satu sama lain sehingga GDP tinggi bisa tercapai," kata Faisal lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×