Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menilai perang dagang yang terjadi antara Amerika dan Cina merupakan salah satu agenda politik Amerika dan ini bersifat sementara.
"Trump, dengan retorikanya tentang Amerika antri imigran, anti barang impor, dan sebagainya. Itu merupakan instrumen yang lebih ke kampanye untuk pemilihan 2020 nanti," kata Mirza saat ditemui di Bank Indonesia pada Selasa (23/7).
Baca Juga: Penurunan suku bunga BI belum berpengaruh pada bunga utang negara
Meski bukan hal yang bersifat permanen, tapi Mirza memprediksi perang dagang ini akan tetap hangat hingga tahun 2020.
Pengaruhnya sendiri untuk Indonesia, seharusnya Indonesia bisa menganggapnya sebagai peluang, bukan malah pesimis dengan keadaan.
Indonesia bisa memanfaatkan situasi ini, terutama melihat dari sisi investasi. "Saat ini yang masih bisa melihat peluang dan berhasil menarik investasi masuk sebagai diversifikasi adalah Vietnam. Seharusnya Indonesia juga bisa mengangkat itu," tambahnya.
Untuk memanfaatkan situasi ini, Mirza menyarankan pemerintah untuk lari ke arah kebijakan fiskal yang bisa menarik investasi dan mendorong ekspor. Apalagi bila pemerintah bisa menangkap investasi yang keluar dari Cina. Itu akan menjadi keputusan yang tepat.
Baca Juga: Perusahaan China tengah menjajaki pembelian produk-produk pertanian AS
Meski begitu, Mirza mengaku bahwa hal tersebut mungkin tidak akan mudah. Perlu adanya koordinasi antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Di dalam pemerintahan pusat pun perlu adanya koordinasi antara kementerian dan lembaga-lembaga. Proses ini pun harus dikawal.
Selain itu, hal yang bisa mengundang investasi adalah perjanjian bilateral dan multilateral. Oleh karena itu, Indonesia harus mulai memperbanyak kerja sama dengan negara-negara lain.
Baca Juga: Jelang Rapat The Fed, Harga Emas Semakin Berkilau premium
Lalu saat disinggung tentang perang dagang yang terjadi antara Jepang dan Korea, Mirza mengungkapkan itu juga tren yang temporer. "Nanti kalau Amerika-China sudah reda, itu juga nggak ada lagi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News