Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“(Ini) biasanya menunggu tiga bulan untuk permohonan disetujui. Sekarang, itu dapat disetujui hanya dalam satu minggu, "kata Lee, yang berbicara pada sebuah seminar yang diselenggarakan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura.
Dia dan rekan ekonomnya Linda Liu juga berbicara tentang Belt and Road Initiative, rencana infrastruktur ambisius China untuk meningkatkan perdagangan global dan konektivitas. Mereka mencatat bahwa meskipun China Global Investment Tracker, yang memantau kegiatan konstruksi dan investasi global China, mencatat penurunan total investasi dan kontrak konstruksi pada tahun 2018, ada lonjakan awal tahun ini.
Baca Juga: Wow, industri internet Asia Tenggara bakal sentuh US$ 100 miliar tahun ini
"(Pada 2018), kontrak investasi dan konstruksi anjlok cukup kuat dari US$ 38 miliar menjadi US$ 22 miliar ... perubahan dalam pemerintahan di Malaysia telah menyebabkan tertahannya beberapa proyek pemerintah," kata Lee.
Wilayah ini menerima kontrak Tiongkok senilai US$ 11 miliar pada paruh pertama di tahun 2019, dengan US$ 3 miliar yang akan dikirim ke Indonesia dan US$ 2,5 miliar ke Kamboja. "Administrasi (pemerintah Indonesia) lebih mudah menerima dana Tiongkok, dan lebih terbuka untuk bekerja dengan China," kata Lee.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perang Dagang, Indonesia Bukan Negara Pilihan untuk Relokasi Industri dari China"
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News