Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal IV-2018 defisit US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari kuartal III-2018 yang tercatat US$ 8,6 miliar atau 3,28% dari PDB. Sepanjang tahun lalu defisit transaksi berjalan mencapai US$ 31,1 miliar atau setara 2,98% dari PDB.
Pada kuartal IV-2018, pelebaran CAD dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang non-migas akibat masih tingginya impor. Sejalan dengan permintaan domestik yang masih kuat di tengah kinerja ekspor yang terbatas.
Meskipun demikian, kinerja neraca pendapatan primer dan neraca jasa yang lebih baik dapat membantu mengurangi pelebaran defisit. Perbaikan neraca pendapatan primer terutama ditopang pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah, dan kenaikan surplus jasa perjalanan, antara lain didukung oleh penyelenggaraan Asian Para Games di Jakarta dan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Bali.
Sepanjang tahun, defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh impor non-migas yang tinggi, khususnya bahan baku dan barang modal, sebagai dampak dari kuatnya aktivitas ekonomi dalam negeri, di tengah kinerja ekspor nonmigas yang terbatas.
Kenaikan defisit juga didorong oleh peningkatan impor minyak seiring peningkatan harga minyak dunia dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.
Di sisi lain, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang tinggi, transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang cukup signifikan. Terutama ditopang aliran masuk modal berjangka panjang.
Secara keseluruhan, Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV-2018 surplus US$ 5,4 miliar ditopang oleh peningkatan surplus transaksi modal dan finansial US$ 15,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan kuartal III-2018 yang tercatat US$ 3,9 miliar.
"Arus modal asing mulai masuk di bulan November dan Desember," jelas Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati, Jumat (8/2).
Kenaikan transaksi modal dan finansial, jelas Yati, karena kebijakan BI menaikkan suku bunga acuan sehingga membuat yield spread dari surat utang atau surat berharga negara relatif menarik ila dibandingkan negara emerging market lainnya.
"Daya tariknya berupa yield positif cukup besar menarik bagi investor asing masuk ke Indonesia," jelas dia.
Sepanjang tahun lalu, NPI defisit US$ 7,1 miliar.
BI memperkirakan kinerja NPI akan membaik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah mengendalikan CAD pada 2019 menuju kisaran 2,5% dari PDB.
Sedangkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News