Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjamin dibukanya modal asing di industri ritel department store tidak akan mengganggu pengusaha lokal. Sebab, perlu beberapa persyaratan yang dipenuhi untuk bisa berinvestasi di bidang usaha ini.
Franky Sibarani, Kepala BKPM mengatakan, pemerintah mengharapkan investor asing akan masuk dalam bidang usaha departement store mengingat peningkatan investasi pengusaha lokal saat ini masih stagnan. "Sekarang tren investasi dari dalam negeri ada pada posisi yang tetap, sehingga kami berupaya mendorong dengan bukan pada yang stand alone dan yang berada dalam mall," kata dia, Selasa (31/5).
Sebab itu, perubahan daftar negatif investasi yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal hanya membuka untuk bidang usaha departement store dengan luas bangunan 400 meter persegi (m2) hingga 2.000 m2.
Itu pun dengan persyaratan izin khusus dari Kementerian Perdagangan berupa keharusan berada dalam mall dan tidak stand alone serta ada penambahan outlet stire berdasarkan kinerja ekspor. Bidang usaha ini dibuka untuk asing dengan kepemilikan paling banyak 67%.
Menurut Franky, saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi ke investor luar agar bisa berminat di bidang usaha ritel ini. "Sementara belum ada yang memberikan komitmen, kan perpresnya juga baru diterbitkan," ujar dia.
Ritel besar masuk
Franky mengatakan, saat ini justru banyak investor yang telah menyatakan komitmennya untuk masuk di bidang usaha hypermarket. Nah, salah satunya yang telah merealisasikannya yakni PT Lulu Group Ritel, anak usaha Lulu Group perusahan yang bermarkas di Uni Emirat Arab (UEA).
Perusahaan ini telah merealisasikan investasi senilai US$ 9 juta dengan membangun hypermarket di Cakung Jakarta Timur dengan luas areal 200.000 m2. Perusahaan ini berkomitmen menginvestasikan US$ 300 juta dengan membangun 10 hypermarket, pusat logistik, dan dan fasilitas gudang hingga akhir 2017 depan.
Franky bilang, investor ritel asal Australia, Kanada, dan Amerika Serikat juga berkomitmen akan masuk mengikuti jejak Lulu Group. "Saya tidak hapal namnya, dan yang kelihatan serius itu dari Australia," kata dia.
Dia menambahkan, investasi di bidang usaha hypermarket dengan luasan lebih dari 5.000 m2 tidak masuk dalam batasan investasi, sehingga modal asing bisa memiliki saham mayoritas 100%. "Karena itu, saya belum tahu detail investasi yang akan dimasuki calon investor ini, karena luas areal tokonya masih dipertimbangkan," ujar Franky usai menghadiri peresmian Lulu Hypermarket.
Presiden Joko Widodo mengatakan, masuknya Lulu Group tentunya memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia, terutama untuk produsen kerajinan tangan dan petani. Sebab, selama ini, perusahaan tersebut telah mengimpor dan memasarkan produk asal indonesia di 125 jaringan ritelnya di kawasan arab.
Pada 2015, nilai impor Lulu Group mencapai US$ 60,4 juta atau naik dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 50,2 juta. Nah, dengan resminya membuka jaringan di Indonesia, Jokowi berharap perusahaan ini bisa meningkatkan perdagangan produk buah-buahan asal Tanah Air.
"Saya hanya ingin Lulu hypermarket bisa menjadi pintu masuk bagi produ-produk Indonesia ke berbagai negara, karena Lulu punya jaringan luas terbesar di Timur Tengah dan Asia," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News