kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Luhut : Belum ada kesepakatan dengan CITIC Group, investor asal China


Sabtu, 12 Mei 2018 / 00:25 WIB
Luhut : Belum ada kesepakatan dengan CITIC Group, investor asal China
ILUSTRASI. Pemerintah Canangkan Pelabuhan Merah untuk Ekspor Impor


Reporter: Indra Pangestu Wardana Setiawan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah belum mencapai kesepakatan dengan salah satu investor kakap asal China CITIC Group terkait realisasi penanaman modal di Indonesia. Masih ada sejumlah hal yang belum menemui titik temu.

"Kita sudah bertemu beberapa kali dengan investor CITIC tapi belum ada kesepakatan angka yang sesuai," kata Menteri koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan Jumat (11/5).

Adapun syarat  yang harus dipenuhi oleh investor asing di antaranya : Pertama, semua teknologi yang  dibawa oleh investor harus ramah teknologi. Kedua, menggunakan tenaga kerja lokal. Ketiga, investasi memberikan nilai tambah untuk Indonesia.

Investor menyediakan tenaga pendidik untuk mengajarkan kepada masyarakat. Keempat, Harus ada transfer teknologi research. Jadi terjalin hubungan akademik di antara kedua negara.

Asal tahu saja, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Luhut Binsar Pandjaitan untuk mengurusi investasi China di Indonesia. Adapun penunjukan Luhut oleh Jokowi dilaksanakan pada rapat terbatas pada Senin (22/5) tahun lalu.

Dalam konferensi Belt and Road Forum for International Cooperation di Beijing, China, 14-15 Mei 2017 Pemerintah menawarkan China untuk berinvestasi dalam beberapa proyek besar di Indonesia.

Salah satunya proyek di Kalimantan Utara. Di sana, kata Luhut, ada potensi listrik sebesar 7200 megawatt. Luhut menjelaskan, pemerintah berencana membangun smelter di sana. Smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, aluminium, tembaga, emas, dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.

Saat berada di China, Luhut bertemu dengan salah satu perusahaan terbesar di dunia asal China, CITIC Group. Luhut menyebut, aset yang dimiliki CITIC mencapai US$ 300 miliar. "Saya minta mereka masuk (investasi di proyek pembangunan smelter). Karena mereka ada pengalaman hidropower juga, tapi saya minta mereka harus perhatikan limbah," kata Luhut.

Luhut meminta CITIC menggunakan teknologi terkini dalam mengolah limbah tersebut. CITIC menyepakati penawaran Luhut. Kepada Luhut, CITIC menjanjikan mengolah law material yang mereka datangkan dari Australia dan Afrika di Kalimantan Utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×