kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

LPEM FEB UI imbau BI tahan suku bunga acuan dan jaga stabilitas rupiah


Rabu, 17 Maret 2021 / 19:29 WIB
LPEM FEB UI imbau BI tahan suku bunga acuan dan jaga stabilitas rupiah
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat air mancur di gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (25/3). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/03/2019


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga kebijakan 3,50% bulan ini, sebagai langkah pencegahan untuk menstabilkan rupiah. 

“BI harus memprioritaskan stabilitas rupiah di bulan ini. Penahanan suku bunga acuan sebagai langkah pencegahan untuk menstabilkan rupiah,” ujar Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, Rabu (17/3). 

Riefky mengatakan, dalam kondisi yang tidak menentu ini, bank sentral harus berhati-hati terhadap peningkatan risiko eksternal, seperti yang datang dari pasar Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan tren arus modal keluar di Indonesia. 

Baca Juga: Beberapa ekonom memprediksi BI tahan suku bunga acuan

Tren arus modal keluar yang terjadi di Indonesia tercermin dari imbal hasil obligasi pemerintah, di mana imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik menjadi 6,6% pada akhir Februari 2021. 

Berlanjutnya tekanan yang sangat besar pada minggu pertama bulan Maret 2021 mendorong angka ini lebih jauh ke level 6,8% pada pertengahan Maret 2021. 

Sejalan dengan peningkatan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun, nilai Credit Default Swap (CDS) untuk obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga melonjak dari hanya 67 pada pertengahan Ferbruari 2021 menjadi 79 pada pertengahan Maret 2021, mencerminkan peningkatan persepsi risiko di kalangan investor dalam satu bulan terakhir. 

Nah, tekanan eksternal dari pasar AS ini kemungkinan besar akan bertahan hingga akhir minggu ini, di mana pasar menunggu pertemuan bank sentral AS The Fed. 

Inflasi AS yang lebih tinggi pada bulan lalu telah membuat investor percaya bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya untuk meredam inflasi. Namun, The Fed telah mencoba menenangkan pasar dengan memberi isyarat bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. 

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri prediksi BI akan tahan suku bunga acuan, simak alasannya

Di tengah kondisi ini, bank sentral harus memanfaatkan momentum untuk menahan suku bunga acuan di level rendah. 

Namun, di sisi lain, kebijakan moneter ekspansif yang saat ini akan merugikan BI. Karena, kinerja kondisi perekonomian yang masih jauh dari pulih. Plus dengan ditambah data inflasi yang rendah, menandakan permintaan agregat masih rendah. 

“Meski di kondisi tersebut, BI harus memprioritaskan stabilitas rupiah untuk memitigasi risiko depresiasi lebih lanjut di bulan ini,” tandas Riefky. 

Selanjutnya: Ekonom Bank Permata imbau Bank Indonesia untuk tahan suku bunga acuan di level 3,50%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×