kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45867,20   12,42   1.45%
  • EMAS1.357.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LPEM FEB UI: Belum Ada Urgensi BI Kerek Suku Bunga pada RDG Mei 2024


Selasa, 21 Mei 2024 / 17:09 WIB
LPEM FEB UI: Belum Ada Urgensi BI Kerek Suku Bunga pada RDG Mei 2024
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) di Jakarta (8/5/2024).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB) Universitas Indonesia (UI) menilai, Bank Indonesia (BI) perlu mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 22 Mei 2024.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menyampaikan, setelah beberapa bulan mengalami tekanan besar untuk harga dan nilai tukar, kondisi Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang lebih baik.

Berkat meredanya El-Nino dan intervensi aktif oleh pemerintah, inflasi umum turun ke 3,00% secara tahunan atau year on year (yoy) di April 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 3,05% yoy.

Baca Juga: BI-Rate Diperkirakan akan Turun Setelah The Fed Turunkan Suku Bunganya

Sementara itu, dari sisi eksternal, indikasi meredanya tekanan perekonomian di Amerika Serikat (AS), turunnya tensi geopolitik, dan bauran kebijakan BI mendorong masuknya arus modal dan memicu stabilnya nilai tukar rupiah.

“Mempertimbangkan berbagai aspek tersebut, tampaknya tidak ada kebutuhan untuk BI mengubah suku bunga kebijakan dalam RDG mendatang. Oleh sebab itu, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25% pada Mei 2024,” tutur tutur Riefky dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/5).

Adapun, ia menambahkan, meski inflasi pada April 2024 menurun, namun potensi risiko inflasi masih terlihat dan harus dimitigasi dengan baik.

Baca Juga: Kinerja Indeks Lesu, Reksadana Indeks Nantikan Pemangkasan Suku Bunga

Di samping itu, tekanan eksternal yang berkepanjangan telah melemahkan rupiah dalam beberapa minggu terakhir dan jika tren ini terus berlanjut dapat berdampak negatif terhadap tingkat harga domestik melalui inflasi impor.

Hal lain yang patut diwaspadai adalah beberapa lembaga iklim memperkirakan potensi terjadinya fenomena La Nina pada kuartal III 2024 yang dapat berdampak negatif terhadap produksi pangan hortikultura.

“Oleh karena itu, mitigasi risiko dan pengelolaan pasokan pangan masih diperlukan hingga sisa tahun 2024.” Ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×