Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas yang diprediksi naik dan upaya melepas ketergantungan terhadap dolar AS menjadi faktor beberapa negara, termasuk China, mempertebal cadangan emas untuk devisa di tengah ancaman krisis ekonomi.
Ekonom Celios Bhima Yudhistira mengatakan, peningkatan cadangan emas cukup penting dilakukan agar tidak tergantung dengan dolar AS.
"Salah satunya sebagai upaya untuk melakukan dedolarisasi pada cadangan devisa. Sebab, ketergantungan cadangan devisa yang paling besar terhadap dolar, justru tidak bagus atau membawa dampak negatif bagi ekonomi untuk jangka panjang," ucap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (11/1).
Baca Juga: Cadangan Devisa Negara-Negara Utama di Asia Meningkat
Tak cuma itu. Kata Bhima, tren harga emas yang diperkirakan naik menjadi salah satu alasan banyak negara meningkatkan cadangan emas.
Dia menyebut, harga emas batangan bisa tembus Rp 1,5 juta-Rp 1,6 juta per gram di akhir 2023.
Bhima menyebut, saat ini banyak negara yang sudah mulai melakukan pengurangan cadangan devisa dalam bentuk dolar AS. Penurunan nilai dolar AS menjadi salah satu faktornya.
Pada 2020-2022, dolar AS memang menjadi menjadi safe haven di tengah situasi inflasi tinggi dan ancaman Covid-19.
Namun, sekarang berubah lantaran dolar AS mulai melemah.
"Oleh karena itu, akan ada peralihan dari safe haven dolar menjadi emas batangan," kata dia.
Seperti diketahui, ada tiga negara yang melakukan pembelian emas moneter dengan jumlah fantastis per November 2022.
Bank Sentral China membeli cadangan emas seberat 32 metrik ton. Kemudian Bank Sentral Turki juga membeli cadangan emas sebesar 19 metrik ton.
Lalu, Bank sentral Republik Kyrgyzstan membeli sekitar 3 metrik ton cadangan emas.
Baca Juga: Sejumlah Bank Sentral Memupuk Cadangan Emas Moneter
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News