Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (17/12) ini.
Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN yakin, BI rate akan bertahan di level 7,5% karena BI khawatir efek kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed).
Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina mengatakan, tekanan ke rupiah masih akan terjadi menjelang keputusan The Fed. Meski ada peluang penurunan BI rate, BI akan tetap menjaga suku bunga acuan di level 7,5% dengan alasan mengurangi dampak kenaikan suku bunga The Fed bagi rupiah.
"Kami memproyeksi BI rate baru akan turun 25 basis poin di semester kedua tahun depan," katanya, Rabu (16/12).
Peluang BI rate turun pada tahun depan didorong potensi penguatan rupiah. Apalagi tahun depan pasar lebih siap menghadapi kenaikan suku bunga The Fed. Prospek ekonomi yang lebih baik, ditambah komunikasi yang baik terkait kebijakan fiskal, serta tingginya daya tarik investasi Indonesia, menjadi alasan.
Ekonom Kenta Institute, Eric Sugandi juga memproyeksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 7,5%. Menurut Eric, BI tidak akan mau rupiah melemah terlalu dalam dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Bahkan jika The Fed memutuskan tidak menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini, tidak ada urgensi bagi BI menurunkan BI rate. "Jika BI rate turun 25-50 basis poin tidak banyak membantu rupiah malah berdampak negatif karena akan menekan rupiah," kata Eric.
Eric melihat peluang penurunan BI rate ada pada tahun depan setelah The Fed menaikkan suku bunga. BI bisa menurunkan suku bunga acuan hingga ke level 7% asal inflasi tetap terkendali, defisit transaksi berjalan berada di bawah angka 2% PDB, dan rupiah lebih stabil.
Namun tidak bisa dipungkiri adanya tantangan bagi rupiah tahun depan. Antara lain arus modal keluar, melebarnya defisit transaksi berjalan, ekonomi China yang melambat dan krisis Eropa. Eric melihat tidak ada peluang bagi BI menaikkan suku bunga pada tahun depan.
"Jika BI rate naik akan menekan pertumbuhan ekonomi dan tidak akan efektif untuk menguatkan rupiah," katanya.
Sementara itu ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga memproyeksikan BI masih mempertahankan BI rate. Menurutnya BI masih akan menjaga stabilitas rupiah lantaran bunga antar bank yang mulai naik.
Sementara bauran kebijakan BI masih menunggu hasil evaluasi penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi 7,5% pada November lalu. Prediksi ini menguatkan langkah hati-hati yang dilakukan BI terutama terkait suku bunga.
Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya mengatakan, BI masih mengantisipasi potensi terjadinya arus keluar modal asing sebagai dampak kenaikan suku bunga The Fed secara gradual hingga 2017. BI melihat tantangan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas yang belum membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News