Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Stabilitas sistem keuangan pada kuartal pertama tahun ini berada dalam keadaan normal. Hal tersebut berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSS) terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar surat berharga negara (SBN), perbankan, lembaga keuangan nonbank, serta penjaminan simpanan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, hal tersebut ditopang oleh tingkat inflasi yang terjaga, tingkat permodalan dan likuiditas perbankan yang menunjukkan peningkatan, risiko industri perbankan yang terkendali, nilai tukar rupiah yang terjaga, kinerja SBN yang berada dalam rentang yang normal, dan penguatan pasar saham.
"KSSK melakukan assesment terhadap lingkungan global dan regional dan dalam negeri untuk identifikasi potensi risiko yang harus dijaga," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (27/4).
Lebih lanjut menurutnya, dari sisi global, IMF saat pertemuan musim semi (Spring Meeting) pekan lalu, melakukan revisi ke atas pertumbuhan ekonomi dunia dan hal tersebut menunjukkan optimisme positif.
Selain itu, perkembangan pemilu di Prancis yang menunjukkan harapan arah kebijakan yang positif, yaitu adanya pertumbuhan ekonomi yang dianggap jauh lebih positif dari pertemuan tahunan pada tahun lalu.
Namun di sisi lain, masih terdapat hal negatif dari sisi eksternal, yaitu perkembangan kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang menempatkan Indonesia dalam 16 negara yang perlu mendapat penjelasan terkait surplus perdagangannya, reformasi kebijakan AS, dan tekanan geopolitik Korea Utara yang bisa menimbulkan hal-hal yang tak terprediksi.
Sementara dari sisi domestik, KSSK mencermati kualitas kredit yang disalurkan perbankan terutama nonbank, dampak perubahan harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices), dan ekspansi korporasi dan perbankan yang masih harus didorong. Tak hanya itu, realisasi APBN 2017 juga menjadi salah satu hal yang dikomunikasikan, khususnya terkait pendanaan defisit anggaran serta strategi belanja negara.
Gubernur BI Agus Martowardjo mengatakan, hasil assesmenĀ terhadap sub protokol moneter dan nilai tukar menunjukkan bahwa nilai tukar terjaga di zona normal dan stabil seiring terbatasnya dampak kenaikan suku bunga acuan The Fed dan peningkatan harga komoditas global sejak kuartal keempat 2016. Dari sisi domestik, dinamika rupiah ditopang oleh sentimen psositif terkait optimisme perekonomian domestik.
Begitu juga dengan sub protokol makroprudensia, sistem keuangan, dan sistem pemabayaran yang masih terjaga di zona normal dan stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News