Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan tambahan pada besok hari, Kamis (29/8). Tidak seperti biasanya, rapat ini adalah rapat kedua kalinya yang dilakukan di bulan Agustus.
Rapat di luar kebiasaan ini dilakukan untuk membahas situasi perkembangan ekonomi terkini beserta langkah kebijakan yang akan diambil oleh BI. Tak heran, sebab selama belakangan ini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terus melemah hingga menembus level 11.000. Bukan hanya nilai tukar rupiah saja, inflasi yang disinyalir BI berada di kisaran 8,6%-9,2% hingga akhir tahun 2013 juga menjadi pembicaraan serius.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan rapat RDG memang akan membahas kondisi perubahan ekonomi baik global ataupun nasional yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut akan dilihat dari berbagai sisi, mulai dari pertumbuhan ekonomi global, pengurangan stimulus moneter Amerika Serikat, situasi pasar global, situasi dalam negeri baik dari inflasi, ekspor impor, dan defisit current account atawa transaksi berjalan.
"Kita akan mereview semuanya itu dan kita akan membuat rekalkulasi, jadi aspek yang kita lihat besok," ujar Perry di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu (28/8).
Dengan menyisir berbagai perkembangan ekonomi yang ada, BI akan melihat bauran kebijakan yang akan dilakukan. Apakah itu terkait kebijakan suku bunga ataupun nilai tukar. Tentunya, dalam hal ini akan dilihat juga apakah ada koordinasi lanjutan yang perlu dilakukan dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Esensinya adalah, lanjut Perry, bagaimana BI semakin memperkuat ketahanan ekonomi nasional dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam negeri dalam menghadapi perekonomian global. Apa yang sudah dilakukan BI untuk menyiasati pelemahan perekonomian seperti menaikkan suku bunga akan dikaji lagi.
Sayangnya, Perry enggan berkomentar apakah suku bunga akan kembali dinaikkan sebagai bentuk respon kebijakan. "Kita mengatakan bauran kebijakan. Kita akan timbang dosis mana yang akan lebih kita lakukan. Kapan timingnya itu kan kita pertimbangkan," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News