kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KPAI: Pandemi memicu meningkatnya kasus putus sekolah dan pernikahan anak


Minggu, 21 Februari 2021 / 18:52 WIB
KPAI: Pandemi memicu meningkatnya kasus putus sekolah dan pernikahan anak
ILUSTRASI. Sejumlah pelajar melakukan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Balai Warga RT 05/RW 02 Kelurahan Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (2/9/2020). JAK Wifi adalah program internet gratis dari Pemprov DKI JakartaKONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 di Indonesia hampir berumur satu tahun. Masih tingginya kasus covid-19, sebagian besar  daerah memutuskan menunda sekolah tatap muka dan memilih memperpanjang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Hasil pengawasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, pandemi berpotensi kuat meningkatnya angka putus sekolah dan pernikahan anak. 

Mulai Juni 2020 sampai. Februari 2021, KPAI menerima pengaduan terkait masalah pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikann (SPP), terutama di sekolah-sekolah swasta.  Kasus-kasus tersebut diselesaikan melalui mediasi dengan melibatkan Dinas Pendidikan setempat 

Pengaduan mulai dari meminta pengurangan SPP karena adanya kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) dan masalah tunggakan SPP, mulai dari tunggakan 3 bulan sampai 10 bulan.  “Meskipun DKI Jakarta masuk pengaduan terbanyak, Dinas Pendidikan DKI Jakarta sangat kooperatif dalam upaya menyelesaikan dan memiliki program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan KJP Plus bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu, sehingga memudahkan penyelesaian,” ujar Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, dalam rilis, Kamis (18/2). 

Pandemi juga menjadi salah satu pemicu peserta didik berhenti sekolah. Penyebabnya pernikahan dini atau siswa memilih bekerja membantu ekonomi keluarga karena orangtua kehilangan pekerjaan. Ketika anak menikah atau bekerja, maka secara otomatis berhenti sekolah. 

Jenis pekerjaan para siswa umumnya pekerjaan informal seperti tukang parkir, kerja dicucian motor, bekerja di bengkel motor, di percetakan, berjualan bensin di rumah, asisten rumah tangga (ART). ada juga yang membantu usaha orangtuanya karena sudah tidak mampu lagi membayar karyawan. 

“Bahkan, pada salah satu SMK swasta di Jakarta yang mayoritas siswanya memang dari keluarga tidak mampu, rata-rata per kelas ada 4 siswa bekerja,” ungkap Retno.  Namun, mereka diberikan kesempatan menyusulkan tugas. Uang SPP) tidak ada masalah, karena di DKI Jakarta mereka mendapatkan KJP  Plus (Kartu Jakarta Pintar Plus). 

Selain itu, aktivitas belajar di rumah tanpa pengawasan orangtua akan berpotensi mengakibatkan remaja memiliki keleluasaan dalam bergaul di lingkungan sekitar. Ini terjadi bila pengawasan orangtua terhadap anaknya sangat lemah. Tidak dapat dihindari terjadinya pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah dan menyebabkan angka dispensasi meningkat di masa pandemi ini.

KPAI mendorong dinas pendidikan di daerah memetakan bersama sekolah terkait anak-anak yang berpotensi putus sekolah karena tidak memiliki biaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×