Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BELITUNG. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan industri sawit Indonesia telah memberikan kontribusi pada devisa negara sebesar US$ 9,78 miliar hingga Mei 2024.
"Sampai dengan Mei 2024, kontribusi sawit terhadap devisa negara adalah US$ 9,78% atau di sini setara 10,01% dari ekspor non migas Indonesia," kata Ketua Umum Gapki, Eddy Martorno Presstour Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian di Belitung, Selasa (27/8).
Eddy mengatakan, kinerja ekspor beberapa tahun terakhir cenderung mengalami penurunan.
Sebelumnya di tahun 2021, industri sawit sempat menyumbang devisa sebesar US$ 34,9 miliar dan naik menjadi US$ 37,7 miliar di tahun 2022. Kemudian, penurunan terjadi di terjadi di tahun 2023 menjadi US$ 29,54 miliar.
"Nah dalam 5 tahun terakhir ini produksi kita juga memang stagnan, dan produktivitasnya tidak begitu menggembirakan," ujar Eddy.
Baca Juga: Ekspor CPO Anjlok 39,22%, Gapki Ungkap Sebabnya
Lebih detail, pada tahun 2020 produksi minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya hanya mencapai 51.583 ton. Kemudian turun tipis di tahun 2021 menjadi 51.300 ton, dan turun lagi di tahun 2022 menjadi 51.248 ton.
Dan pada tahun 2023 terlihat naik tipis menjadi 54.844 ton. Sementara hingga Mei 2024 produksinya masih sebesar 22.145 ton.
Dengan jumlah ini, menurutnya produksi sawit masih perlu ditingkatkan. Salah satu hal yang menjadi penting dengan merealisasikan program replanting atau peremajaan sawit rakyat (PSR).
Hanya saja, ia mengakui pelaksanaan replanting di lapangan juga menghadapi banyak kendala seperti tumpang tindih lahan sampai tumpang tindih kebijakan.
"Nah ini kita agak terlambat di sini yang PSR, sehingga produktivitas kita bukannya naik malah justru turun, produksi kita stagnan," tutupnya.
Selanjutnya: Ini Daftar Harga BBM Pertamina, Shell, BP dan Vivo Rabu (28/8)
Menarik Dibaca: Cara Memperbaiki Layar Hitam Google Chrome yang Sering Jadi Masalah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News