kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Konsumsi energi harus lebih besar jika ingin PDB naik


Rabu, 23 Maret 2011 / 23:55 WIB
ILUSTRASI. Pemerintah membuka masa pencairan sebelum jatuh tempo ST004 pada 23 April 2020 hingga 4 Mei 2020.


Reporter: Bambang Rakhmanto |

JAKARTA. Indonesia perlu mengonsumsi energi setidaknya sekitar 2.200 kilowatt hours (Kwh) perkapita jika ingin mencapai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 3,8-4,5 triliun pada 2025. PDB sebesar itu menggolongkan Indonesia kedalam 12 kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Menko Perekonomian bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Lucky Eko Wuryanto, Rabu (23/3). "Saat ini, konsumsi energi kita baru 600 kwh perkapita, masih kalah jika dibandingkan Malaysia," kata Lucky.

Untuk itu, menurut Lucky, setiap tahunnya,pemerintah harus berusaha membangun proyek pembangkit listrik sebesar 3.300 megawatt di seluruh Indonesia hingga 2025. Sehingga pembangunan nantinya tidak lagi terpusat di pulau Jawa. "Tampaknya memang sulit, karena percepatan proyek pembangkit listrik 10 ribu MW saja masih bermasalah. Namun, itulah kebutuhan kita," kata Lucky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×