kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Klarifikasi soal investasi unicorn Indonesia, begini sepak terjang Thomas Lembong


Rabu, 31 Juli 2019 / 07:15 WIB
Klarifikasi soal investasi unicorn Indonesia, begini sepak terjang Thomas Lembong


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong mengklarifikasi pernyataan tentang unicorn Indonesia yakni Gojek, Tokopedia dan Bukalapak akan mendirikan perusahaan dengan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia tanpa menggunakan induknya di Singapura. Sebagai seorang yang telah lama bergelut di bidang investasi, sebenarnya Tom Lembong bukan nama baru di kalangan pejabat. Sejak 2016, Tom Lembong menduduki posisi sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sampai dengan sekarang.

Sepak terjang pria berusia 48 tahun ini dalam pemerintahan dimulai dari terpilihnya sebagai Menteri Perdagangan RI tahun 2015-2016. Saat itu, nama Tom Lembong bertarung dengan beberapa nama lain guna reshuffle kursi Menteri Perdagangan.

Tom Lembong sempat bertanding dengan mantan menteri perdagangan di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu Muhammad Lutfi juga sempat digadang-gadang akan menggantikan Rachmat Gobel.

Nama Tom Lembong pun pernah muncul di bursa menteri saat Presiden Joko Widodo akan membentuk kabinet baru pada September 2014. Namanya muncul untuk posisi Menteri Keuangan dan juga Kepala BKPM.

Sebelum menjadi menteri perdagangan, Tom Lembong adalah salah satu dari pendiri private equity fund, Quvat Management (Quvat) yang didirikan pada tahun 2006. Perusahaan investasi tersebut mengelola dana lebih dari US$ 500 juta. Lebih dari 11 perusahaan berada di bawah manajemen Quvat. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di sektor kelautan, logistik, konsumsi, dan juga keuangan.

Pengalaman kerja Tom Lembomg sebelum mendirikan Quvat adalah bekerja di Farindo Investments, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Senior Vice President and Division Head Deutsche Bank, dan Morgan Stanley.

Kemudian, nama Tom Lembong mulai terdengar di telinga masyarakat saat divestasi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Di mana, Tom Lembong menjabat sebagai Kepala Divisi Asset Management Investment di Badan Penyelamatan Perbankan Nasional (BPPN) saat itu.

Pada tahun 2002, Tom Lembong bersama tim memimpin investasi Farindo Investments yang merupakan konsorsium antara Farallon Capital dan Djarum Group, mengakuisisi 51% saham Bank BCA senilai US$ 571 juta. Sehingga, Bank BCA saat ini bisa dibilang menjadi satu-satunya bank swasta nasional terbesar yang mayoritas sahamnya masih dimiliki oleh perusahaan Indonesia.

Asal tahu saja, Tom Lembong sempat mengenyam pendidikan dasar di Jerman tahun 1974-1981 ketika berusia 3 hingga 10 tahun ketika ayahnya studi di Jerman. Sekembalinya ke Jakarta, Tom meneruskan SD serta SMP di Sekolah Regina Pacis, Jakarta. Saat SMA, Tom pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.

Kemudian, Tom Lembong melanjutkan studinya di Harvard University pada 1994 dengan program studi Architecture and Urban Design dengan gelar Bechelor of Arts. Pada tahun 2008, Tom Lembong pernah ditetapkan sebagai Young Global Leader (YGL) oleh World Economic Forum di Davos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×