kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

KKP kembangkan teknologi budidaya perikanan


Minggu, 21 Mei 2017 / 20:01 WIB
KKP kembangkan teknologi budidaya perikanan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan produksi perikanan budidaya. Salah satu langkah yang tengah dilakukan adalah melalui intensifikasi teknologi yang efektif dan efisien.

Pengembangan teknologi perikanan budidaya ini penting dilakukan untuk mengantisipasi fenomena perubahan iklim dan penurunan kualitas lingkungan global.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan perkembangan sekotr industri dan ledakanjumlah penduduk berkontribusi secara langsung dalam mereduksi ketersediaan lahan yang selama ini digunakan untuk produksi pangan.

Untuk mengantisipasi semakin menyempitnya lahan, khususnay lahan untuk budidaya perikanan, maka dibutuhkan pengembangan teknologi.

"Semua pelaku perikanan budidaya harus berkreasi mengedepankan Iptek dalam pengelolaan usaha budidaya ikan. Intinya dengan kondisi saat ini, produktivitas budidaya harus bisa dipacu dalam lahan terbatas dan dengan penggunaan sumberdaya air yang efisien”, jelas Slamet akhir pekan lalu.

Menurut Slamet, salah satu inovasi teknologi yang tengah dikembangkan adalah teknologi budidaya lele sistem bioflok. Teknologi sistem bioflok ini tengah populer di kalangan pembudiday ikan lele. Sebab teknologi ini mampu mengenjot proudktivitas lele, sebab tidak perlu penggunaan lahan yang luas untuk meningkatkan produksi.

Teknologi ini merupakan bentuk rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme yang dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan. Karena itu, bioflok ini menjadi solusi memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

Sebagai contoh, untuk budidaya dengan sistem konvensional dengan padat tebar 100 ekor per meter3 memerlukan waktu 120 hari sampai 130 hari untuk panen. Sedangkan untuk sistem bioflok dengan padat tebar 500-1000 ekor per meter3 hanya membutuhkan 100 hari sampai 110 hari saja.

Imsa Hemawan, Ketua I Assosiasi Pengusaha Catfish Indonesia, menyampaikan bahwa budidaya lele bioflok merupakan usaha yang mengandalkan teknologi, sehingga faktor kedisiplinan dalam penerapan SOP sangat penting.

“Pendampingan teknologi harus dilakukan secara intens, dengan metode yang memungkinkan masyarakat memahami dan mengadopsi secara mudah”, jelas Imsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×