Reporter: Handoyo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) memberikan kesempatan kepada para santri pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk mengikuti program pemagangan kerja ke Jepang.
Caranya tak sulit, santri pondok pesantren tinggal daftar ke dinas-dinas tenaga kerja setempat dan melengkapi peryaratan administrasi. Setelah itu mengikuti tahapan proses seleksi serta mengikuti pelatihan bahasa dan keterampilan kerja yang dibutuhkan.
”Santri pondok pesantren punya kesempatan sama dan tidak kalah dari sekolah umum. Silahkan saja ikuti tahapan seleksi untuk mengikuti program pemagangan ke Jepang, “ kata Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Jumat (10/4).
Hanif mengatakan, selama ini dunia pesantren yang dikesankan tradisional dan jauh dari nilai-nilai yang terkait kompetensi skill untuk bekerja di dunia industri. Padahal potensi santri pesantren tak kalah dengan pelajar lainnya.
“Pemerintah memberikan kesempatan yang luas bagi para santri untuk magang ke Jepang. Di sana mereka bisa untuk belajar sekaligus kerja magang untuk melatih kompetensi dan keterampilan kerja,“ kata Hanif.
Dalam tiga tahun belakangan ini kata Hanif sedikitnya ada 29 orang santri pesantren yang telah lolos seleksi dan mengikuti program pemagangan kerja di Jepang. Mereka berasal Ponpes Mambaul Maarif, Jombang, Jawa Timur dan Ponpes Gedongan, Cirebon, Jawa Barat.
“Dari pengalaman yang kita lihat, 85% alumni program ini menjadi wirausahawan baru. Banyak yang sudah sukses dan punya ratusan karyawan,beberapa di antaranya merupakan jebolan dari ponpes, “ kata Hanif.
Dijelaskan Hanif, pemagangan ke Jepang merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi pemuda-pemuda Indonesia dengan melalui magang di perusahaan Jepang. Para peserta magang itu akan berada di Jepang selama 3 tahun dan mengikuti program magang diperusahaan Jepang yang bergerak di berbagai bidang kejuruan yaitu di industri manufaktur dan konstruksi.
“Program pemagangan memberikan kesempatan kepada angkatan kerja muda meningkatkan kompetensi dan pengalaman sebagai bekal memperoleh pekerjaan yang semakin menuntut persyaratan kompetensi maupun untuk memulai usaha mandiri,” kata Hanif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News