Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dalam negeri diprediksi akan menurun pada tahun ini.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menilai salah satu sebabnya yaitu perlambatan ekonomi China yang akan berlanjut sampai tahun ini.
"Perlambatan perekonomian China akan menjadi faktor perlambatan ekonomi global secara umum, dan juga akan mempengaruhi harga komoditas termasuk di dalamnya harga CPO," kata Rendy kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1).
Dampak di Indonesia, penurunan kinerja ekspor sawit mentah ini bakal mempengaruhi kinerja neraca perdagangan secara menyeluruh. Apalagi, komoditas CPO merupakan salah satu komoditas terbesar dalam penyumbang nilai ekspor Indonesia.
Baca Juga: Produksi Melorot, Ekspor Minyak Sawit Menyusut
Di sisi lain, penurunan ekspor komoditas CPO juga akan mempengaruhi setoran pajak industri sawit, misalnya, bea keluar untuk produk CPO dan juga setoran pajak lain yang berkaitan dengan aktivitas usaha CPO dan produk turunannya.
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi kinerja ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya pada tahun ini akan turun lebih dari 4%.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono menilai hal ini karena ada stagnansi produksi kelapa sawit Indonesia di tengah permintaan domestik yang kian meningkat.
Tahun ini, Eddy memperkirakan peningkatan produksi industri sawit dalam negeri tidak akan sampai 5%.
"Jika mandatori B35 diperpanjang maka kebutuhan domestik Indonesia bisa mencapai 25 juta ton. Dengan demikian, Maka ekspor kelapa sawit di tahun 2024 akan berkurang 4,13% atau hanya sekitar 29 juta ton," jelas Eddy dalam keteranganya, Selasa (16/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News