kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Kinerja Ekspor CPO Diprediksi Turun, Ekonom Beberkan Sebabnya


Kamis, 18 Januari 2024 / 11:01 WIB
Kinerja Ekspor CPO Diprediksi Turun, Ekonom Beberkan Sebabnya
ILUSTRASI. Kinerja Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dalam negeri diprediksi akan menurun pada tahun ini. ANTARA/Muhammad Izfaldi/foc.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dalam negeri diprediksi akan menurun pada tahun ini. 

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menilai salah satu sebabnya yaitu perlambatan ekonomi China yang akan berlanjut sampai tahun ini. 

"Perlambatan perekonomian China akan menjadi faktor perlambatan ekonomi global secara umum, dan juga akan mempengaruhi harga komoditas termasuk di dalamnya harga CPO," kata Rendy kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1). 

Dampak di Indonesia, penurunan kinerja ekspor sawit mentah ini bakal mempengaruhi kinerja neraca perdagangan secara menyeluruh. Apalagi, komoditas CPO merupakan salah satu komoditas terbesar dalam penyumbang nilai ekspor Indonesia. 

Baca Juga: Produksi Melorot, Ekspor Minyak Sawit Menyusut

Di sisi lain, penurunan ekspor komoditas CPO juga akan mempengaruhi setoran pajak industri sawit, misalnya, bea keluar untuk produk CPO dan juga setoran pajak lain yang berkaitan dengan aktivitas usaha CPO dan produk turunannya. 

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi kinerja ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya pada tahun ini akan turun lebih dari 4%. 

Ketua Umum Gapki Eddy Martono menilai hal ini karena ada stagnansi produksi kelapa sawit Indonesia di tengah permintaan domestik yang kian meningkat. 

Tahun ini, Eddy memperkirakan peningkatan produksi industri sawit dalam negeri tidak akan sampai 5%. 

"Jika mandatori B35 diperpanjang maka kebutuhan domestik Indonesia bisa mencapai 25 juta ton. Dengan demikian, Maka ekspor kelapa sawit di tahun 2024 akan berkurang 4,13% atau hanya sekitar 29 juta ton," jelas Eddy dalam keteranganya, Selasa (16/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×