Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, melontarkan kritik tajam terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Seperti yang diketahui, IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 hanya 4,7%.
Purbaya menyebut prediksi IMF terlalu pesimistis dan tidak akurat berdasarkan rekam jejak lembaga tersebut dalam memperkirakan kondisi ekonomi Indonesia pada masa lalu.
Dengan IMF merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia, lembaga domestik juga ikut merevisi ke bawah. Namun, Purbaya mengakui tidak mempercayai ramalan IMF tersebut.
"Kalau saya gak percaya IMF. Menurut saya IMF bodoh. Kalau gak percaya kita lihat track recordnya," ujar Purbaya dalam acara Investment Forum 2025, Jumat (16/5).
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Lesu, Defisit APBN 2025 Diramal Lampaui Batas Aman
Ia mencontohkan, pada 2009 IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,5%, padahal realisasinya mencapai 4,6%.
"Kan melesetnya hampir 100%. Kalau kita percaya IMF, bodoh amat kita," katanya.
Lebih lanjut, Purbaya menilai proyeksi IMF untuk 2025 tidak masuk akal jika dibandingkan dengan kondisi global.
"Jadi prediksi mereka terlalu pesimistik. Jadi anda jangan percaya IMF. Kalau nanya prediksi ekonomi, tanya saya saja. Saya paling tau kok. Jangan tanya IMF," imbuh Purbaya dengan nada bercanda.
Dalam kesempatan tersebut, Purbaya juga menyebut bahwa Indonesia memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi krisis tanpa bantuan lembaga multilateral.
“Tahun 2009 tidak ada IMF, kita bisa tumbuh 4,6%. 1998 ada IMF, kita (justru) hancur. Jadi kalau kita berdiri di kaki sendiri, kita harusnya lebih bagus,” ujarnya.
Menanggapi kemungkinan anggapan bahwa dirinya anti-lembaga global, Purbaya menjawab lugas, “Pertama memang saya nggak percaya mereka, kayaknya mereka lebih bodoh daripada saya," kata Purbaya.
Selain itu, data statistik juga menunjukkan prediksi IMF sering meleset jauh. Ia menyinggung metrik MAPE (Mean Absolute Percentage Error) yang menurutnya menunjukkan betapa tidak akuratnya proyeksi IMF di masa-masa krisis.
Terakhir, Purbaya membandingkan posisi Indonesia dengan negara-negara lain terkait dampak potensi ketegangan global, khususnya dengan Amerika Serikat.
Menurutnya, Indonesia lebih tangguh karena porsi ekspor ke AS relatif kecil dibanding negara seperti Vietnam atau Kamboja.
"Jadi seandainya ada gonjang-ganjing yang paling dahsyat pun, kita negara yang terdampak paling kecil," pungkasnya.
Baca Juga: Regulasi Produk Halal Dorong Indonesia Jadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia
Selanjutnya: Kekayaan Warren Buffett Terkumpul 98% Setelah Usia 65 Tahun, Berkat Bunga Majemuk
Menarik Dibaca: Sayur Penurun Kolesterol Paling Cepat Apa Saja? Ini 8 Rekomendasinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News