kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketika Menko Darmin curhat tentang konflik beras Mendag dan Dirut Bulog


Kamis, 20 September 2018 / 16:04 WIB
Ketika Menko Darmin curhat tentang konflik beras Mendag dan Dirut Bulog
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Darmin Nasution


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menjadi pihak penengah dalam konflik impor beras antara Kementerian Perdagangan dan Bulog.

Bahkan pihaknya sedang mencari waktu agar seluruh pihak termasuk Menteri Pertanian untuk duduk bersama dalam menyelesaikan masalah ini.

"Sedang dicocokkan waktu, beliau-beliau ini agak susah ada yang bisa malam ada juga yang sore," ujar dia di Kantor Presiden. Kamis (20/9).

Padahal, menurut Darmin masalah impor beras sudah tidak perlu untuk diributkan. Sebab, keputusan impor sudah ditetapkan pada Maret 2018.

"Jadi maksudnya saya yang diributkan ada yang tidak setuju impor, enggak ada lagi keputusan impor setelah itu, sedangkan dulu-dulu sudah jalan, dan diputuskan bersama," jelas Darmin.

Bahkan saat itu tidak ada pihak yang tidak setuju. Sebab semua sadar stok Bulog terlalu kecil. Dengan adanya konflik ini yang kembali mencuat Darmin pun bercerita.

Pada Maret 2018 lalu, seluruh pihak terkait bersama-sama mengecek stok beras Bulog itu tinggal 590.000 ton. Sehingga, hal itu dianggap sudah mulai merah. Penyebabnya, Bulog tidak mampu membeli karena tertahan batas harga pembelian pemerintah, sehingga tidak tersedia cukup beras untuk di seluruh daerah.

"Waktu itu kita naikkan harga pembelian gabah maupun beras. Dari yang biasanya boleh ada kenaikan 10% fleksibilitasnya, waktu itu kita naikkan 20% supaya bisa beli. Tetap saja stoknya 590.000 ton," tambah Darmin.

Kemudian diputuskan pada 28 Maret lalu impor tambahan 1 juta ton dilakukan. Jadi, jika dikalkulasi total impor beras sudah mencapai 2 juta ton (dari sebelumnya 500.000 dua kali).

"Impor itu harus masuk akhir Juli 2018. Nah, faktanya 200.000 ton enggak berhasil dari India, enggak tahu Bulog itu bagaimana, pokoknya gagal," katanya.

Darmin mempertanyakan, impor mana yang tengah diperdebatkan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Dirut Bulog Budi Waseso. Pasalnya, putusan terakhir pada 28 Maret 2018 sudah dilaksanakan, dan dia tak memiliki catatan ada impor masuk lagi setelah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×