Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan dua perusahaan keuangan lainnya, menambah ketidakpastian pasar keuangan global.
Sentimen tersebut perlu diwaspadai pemerintah lantaran berpotensi membuat utang berikut bunganya membengkak.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mewanti-wanti, kondisi ini membuat pergerakan nilai tukar rupiah lebih fluktuatif.
Ini akan mempengaruhi utang pemerintah, terutama dalam bentuk valas. "Saat nilai tukar terdepresiasi, maka akan berpotensi menambah jumlah utang pemerintah dalam bentuk valas," ujar Yusuf.
Baca Juga: Beban Utang Pemerintah Berpotensi Bengkak, Ini yang Harus Diwaspadai
Pada awal pekan lalu nilai tukar rupiah melemah di tengah kejatuhan SVB di Amerika Serikat (AS).
Yusuf bilang, ketidakpastian global berpotensi meningkatkan imbal hasil yang ditawarkan.
Merujuk data Bank Indonesia (BI), risiko kredit Indonesia yang terindikasi dari premi credit default swap (CDS) lima tahun juga naik ke 103,48 basis poin (bps) per 16 Maret 2023 dari 98,22 bps per 10 Maret 2023.
Alhasil, bunga utang berpotensi menjadi lebih tinggi, khususnya dalam jangka menengah panjang.
"Hal ini perlu menjadi perhatian terutama untuk dicocokkan dengan strategi jangka pendek hingga panjang pemerintah dalam pembiayaan fiskal," kata Yusuf.
Berdasar data Kementerian Keuangan, posisi utang pemerintah pusat hingga 28 Februari 2023 mencapai Rp 7.861,68 triliun.
Sekitar 28,5% diantaranya, atau Rp 2.240,85 triliun berbentuk utang valas.
Meski tak dominan, tapi pemerintah masih akan menarik utang, baik dalam denominasi rupiah maupun valas untuk menutup defisit anggaran 2023.
Baca Juga: Ada Tekanan Likuiditas Global, Kemenkeu: Stabilitas Pasar Keuangan Masih Terjaga
Suminto, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu mengklaim, pihaknya selalu memenuhi kebutuhan pembiayaan secara pruden, sekaligus fleksibel dan oportunistik.
Kondisi keuangan global saat ini juga terus dicermati, termasuk dampaknya terhadap pasar SBN domestik maupun SBN valas.
"Penerbitan SBN valas tentu akan memperhatikan asesmen tersebut, termasuk dalam menentukan timing penerbitan, size, dan mata uangnya," ujar Suminto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News