kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketertarikan investor pada pasar keuangan terus meningkat


Rabu, 03 Februari 2021 / 17:42 WIB
Ketertarikan investor pada pasar keuangan terus meningkat
ILUSTRASI. ANALISIS - Bhima Yudistira, ekonom indef


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketertarikan investor pada pasar keuangan terus meningkat. Hal tersebut tercermin pada jumlah investor retail yang terus meningkat selama masa pandemi covid-19.

Bhima Yudhistira, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan pada tahun 2020 terjadi peningkatan 53% jumlah investor saham (SID) menjadi 1,68 juta.

Menurutnya, booming investor retail juga dipengaruhi oleh influencer yang mendorong investor retail untuk mencoba berinvestasi di pasar modal. Selain itu, Generasi milenial dan Z melihat fenomena boom pasar saham sebagai peluang untuk persiapan dana jangka panjang serta update informasi di bidang ekonomi.

Bhima mengatakan, investor retail pemula menjadi peluang nasabah Welath Management yang menjanjikan karena lebih melek secara finansial sedini mungkin. "Ketika pendapatan cukup besar, mereka ingin aset dikelola secara profesional," ujar Bhima saat konferensi pers virtual, Rabu (3/2).

Baca Juga: Usai anjlok 8%, harga perak spot rebound ke US$ 26,8 per ons troi pada sore ini (3/2)

Ia juga menjelaskan dengan adanya pengaruh makro ekonomi terhadap pasar keuangan, faktor yang menjadi pertimbangan utama di 2021 terkait resiko kerugian seperti, tapper tentrum/normalisasi neraca Bank Sentral AS.

"Karena sebelumnya pada 2020 melakukan stimulus besar-besaran jadi kalau ada normalisasi yang lebih cepat atau tapper tentrum ya harapannya tidak kembali ke 2013 ada dampak pada pelemahan nilai tukar rupiah," ungkap Bhima.

Selanjutnya, stimulus PEN pencairan rendah/menumpuk di akhir tahun. "Stimulus PEN secara jumlah itu relatif di potong, tahun 2020 Rp 695 triliun tapi tahun 2021 cuman Rp 400 triliun jadi kira-kira dipotong menjadi Rp 400 triliun," tambahnya.

Tetapi menurut Bhima, bukan hanya dari alokasi PEN-nya, yang lebih menarik adalah kecenderungan beberapa pemerintah khususnya pemerintah daerah yang sudah dikasih uang tetapi malah ditumpuk di bank daerah dan olah penganggarannya hampir sama dengan kondisi sebelum pandemi. "Jadi itu salah satu yang menjadi resiko pada PEN tetapi pencairannya relatif lambat," katanya.

Ketiga adalah inflasi di bulan Januari ada kecenderungan meningkat dari sisi pasokan pangan. Permintaan yang memang rendah tapi dari pangan ini berpengaruh.

Baca Juga: Harga perak melejit, investor diminta tetap waspada

Terakhir adalah masasalah geopolitik Amerika dan China yang masih berlanjut. Karena menurut Bhima masalahnya ada di partisan baik Republik maupun Demokrat ini tidak akan menjadi game changer dalam meredakan perang dagang secara tiba-tiba jadi relatif geopolitik masih menjadi down sentris.

Sementara untuk peluang di tahun ini yang lebih cepat kata Bhima ada optimisme vaksinasi covid-19 yang berjalan tepat waktu. Selain itu juga adanya swasta yang mendorong vaksinasi mandiri untuk membantu pemerintah sehingga vaksinnya bisa cepat di distribusikan.

Selanjutnya, reboundnya harga komoditas ekspor, pemulihan industri manufaktur di beberapa negara, dan juga masyarakat yang terus beradaptasi dengan perubahan digital. Dengan proyeksi transaksi e-commerce meningkat Rp 350 triliun di 2021.

Bhima menambahkan, yang saat ini dibutuhkan dari nasabah wealth management melihat situasi ekonomi saat ini, dan peluang Gen Z, milenial tertarik untuk berinvestasi adalah saat ini Indonesia sudah punya modal 175 juta pengguna internet aktif.

Baca Juga: Indonesia Kian Berkubang Utang, Sulit Lepas dari Praktik Gali Lubang Tutup Lubang

"Mereka membutuhkan aplikasi atau platform untuk melakukan managerial portofolionya secara real time. Bahkan dirumah bisa memantau portofolio secara real time. Faktor keamanan akan menjadi faktor yang penting. banyak aplikasi yang menawarkan fitur-fitur yang baru tetapi banyak juga yang belum mendapatkan izin dari OJK atau kemudian ada faktor keamanan yang dimana sering terjadi hacking atau penipuan nah itu jadi salah satu hal yang diharapkan para konsumen kedepannya adalah security factor dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi," jelasnya.

Berikutnya di tengah informasi yang beragam menurut Bhima, permasalahan yang terkadang dihadapi oleh investor pemula adalah mendapatkan informasi yang over load. Jadi ingin belajar literasi keuangan tetapi kadang berakhir ditempat yang salah, karena terlalu banyaknya informasi sehingga dia kebingungan mana informasi yang valid atau tidak.

"Nah inilah peran dari Wealth Management di era digital kredibilitas track record yang cukup panjang terkait dengan pelayanan nasabah karena mereka akan mencari platform yang seperti itu. Seperti informasi yang akurat, profesional, dan pengalaman," imbuh Bhima.

Selanjutnya: Terseret IHSG, kinerja reksadana saham anjlok 6,62% di pekan lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×